β"Kita tunggu saja. Tunggu hari baik bulan baiknya," kata Dirjen Sumber Daya Perangkat Pos dan Informatika Kementerian Kominfo, Muhammad Budi Setiawan saat berbincang dengan detikINET, Rabu (5/11/2014).
Ucapan dirjen tentu saja hanya bercanda. Karena, layanan 4G LTE ini sebenarnya sudah hampir siap dihadirkan oleh para operator seluler GSM di negeri ini. Apalagi menurutnya, peluang untuk menggelar 4G semakin terbuka lebar di 900 MHz karena sudah dinetralkan frekuensinya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti diketahui, Bakrie Telecom dan Smartfren baru saja mengumumkan kerjasama network sharing untuk LTE menggunakan FDD di 800 MHz. Telkomsel kabarnya juga bersiap menggelar LTE FDD di 900 MHz setelah layanan Flexi tuntas dihentikan Telkom.
"Kalau Bakrie dan Smart masih harus membereskan dulu isu tunggakan BHP frekuensi sampai batas 14 Desember nanti. Telkomsel jika mau menggelar LTE bisa saja karena memang frekuensi itu sudah dinetralkan, tetapi itu ada pekerjaan yang harus dibereskan dulu yakni soal penataan frekuensi dengan Mobile-8," katanya.
Anggota Komite Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) Muhammad Ridwan Effendi mengungkapkan, saat ini regulator menunggu penataan spektrum dalam frekuensi 800 MHz yang saat ini masih on progress namun ditenggat hingga Desember 2015.
"Penataan frekuensi 800 MHz ini penting untuk pengalihan trafik pengguna layanan 2G baik dari Indosat maupun Telkomsel," jelasnya.
Dia menjelaskan layanan 4G LTE ini sebenarnya harus dilakukan para operator secara bersama-sama setelah penataan mengingat perlunya penggantian perangkat yang mendukung teknologi netral yang diinstalasi di base transceiver station (BTS) masing-masing.
"Jadi, alokasi spektrum yang fixed dalam frekuensinya harus dipastikan terlebih dahulu," katanya.
Soal rencana penggelaran 4G LTE, Menkominfo Rudiantara sebelumnya juga sudah angkat bicara. "Soal FDD LTE itu suatu keniscayaan tak bisa ditolak. Kapan waktunya, kita cari momentum yang tepat," ujarnya.
Ia juga mendorong kepada seluruh operator GSM untuk segera mengujicoba teknologi 4G LTE agar bisa segera dikomersilkan. "Laporkan hasilnya, nanti kita jadikan pertimbangan untuk regulasinya," kata RA, panggilan akrabnya.
4G Lebih Menjanjikan
Di lain kesempatan, Senior Vice President LTE Business Unit Head of Wireless Strategy Alcatel-Lucent Glenn Booth mengatakan, 4G LTE menjanjikan investasi yang lebih efisien ketimbang 3G sehingga operator berlomba-lomba untuk mengembangkannya.
"Biasanya nanti yang akan dikelola itu 2G dan 4G. Tidak masalah ukuran operator yang menggelar LTE, asalkan bisa membangun arsitektur jaringan dengan benar, ini akan membuat dia kompetitif," katanya.
Menurutnya, belajar di negara seperti China dan Amerika Serikat, kala pemain dengan jumlah pelanggan besar menggelar LTE bersama-sama, bisa mengubah kompetisi dan adopsi di pasar. "Minimal akselerasi dari penetrasi mobile broadband langsung naik," katanya.
Ketua Umum Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) Setyanto P Santosa meminta sebelum LTE FDD berjalan pemerintah melakukan harmonisasi frekuensi yang mendukung mobile broadband dengan transparan agar terjadi peningkatan kualitas layanan dan persaingan yang sehat.
"Regulator harus menata pelayanan seluler karena selama ini diandalkan untuk mengakses data. Harmonisasi frekuensi dibutuhkan, dimulai dengan mengaudit data yang diserahkan operator untuk menentukan alokasi dan penerapan teknologi di suatu frekuensi," katanya.
Adu Lebar Frekuensi
Dengan dibukanya 4G di jalur seluler menggunakan teknologi netral, itu artinya hanya beberapa operator GSM yang punya pita frekuensi lebar saja yang bisa segera menggelar layanan secara komersil.
Telkomsel memiliki 15 MHz di 900 MHz dan 22,5 MHz di 1.800 MHz, Indosat dengan frekuensi 15 MHz di 900 MHz dan 20 MHz di 1.800 MHz, serta XL Axiata dengan spektrum 7,5 MHz di 900 MHz dan 22,5 MHz di 1.800 MHz. Sementara Hutchison 3 Indonesia (Tri) hanya memiliki 10 MHz di 1.800 MHz.
Jika nantinya 4G lebih dulu jalan di rentang 800 MHz dan 900 MHz, hanya Smartfren-Bakrie, Telkomsel, dan Indosat yang berpeluang besar lebih dulu menggelar layanan LTE. Sementara XL dan Tri masih harus menunggu pita 1.800 MHz ditata ulang karena tak memiliki spektrum yang cukup di 900 MHz.
Menurut dirjen, 4G LTE di frekuensi 1.800 MHz bisa saja digelar namun dengan syarat sudah ditata ulang dan operator harus menyerahkan proposalnya. "Sejauh ini baru satu operator yang mengajukan proposal, dan Pak Menteri inginnya ditata ulang terlebih dahulu," jelasnya.
(rou/fyk)