Ya, Eka Anwar bisa dibilang sebagai sosok yang sangat dibutuhkan Esia saat ini. Operator CDMA tersebut memang seakan belum memiliki jagoan marketing sepeninggal Erik Meijer yang telah berlabuh ke Indosat.
Chief Marketing Officer BTel anyar ini bukanlah nama baru di industri telekomunikasi. Lulusan Oklahoma State University dan City University of Seattle itu mengawali karirnya di perusahaan properti dan fast moving consumer good (FMCG) dari 1998-2004.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kesuksesannya di Samsung, membuat Eka dilirik produsen ponsel pintar asal Kanada, BlackBerry, dan menjabat sebagai Direktur Pemasaran pada Januari 2012.
Banyak pihak tentu bertanya-tanya, kenapa Eka memilih Esia yang tengah lunglai? "Tantangan!" tegasnya, dalam sesi diskusi santai dengan beberapa media di Setiabudi One, Jakarta, Senin (29/4/2013).
"Saya memang menyukai tantangan. Saat di Nokia dulu, saya merasa sudah berada di zona nyaman. Nokia saat itu berada di puncak. Lalu saya pindah ke Samsung yang saat itu berada di posisi ke-4, kini Samsung ada di nomor satu. Begitu juga saat pindah ke BlackBerry," lanjutnya.
Alasan kedua yang dilontarkan penggemar olahraga menembak ini adalah karena ia sudah 'lelah' mengikuti ritme perusahaan multinasional. Terutama jika terkait kebiasaan conference call secara global dan regional.
"Jadi lagi ingin settle down ke perusahaan lokal. Lebih enak gak ada concall (conference call) ke luar," kelakarnya.
Pun demikian, Eka mengakui jika dirinya kini dihadapkan dengan tugas berat untuk kembali mengangkat popularitas Esia dan Bakrie Telecom (BTel).
Terlebih setelah melihat hasil minor pada laporan keuangan BTel 2012 kemarin yang mengalami kerugian sebesar Rp 3,13 triliun. Nilai kerugian ini naik tinggi dibandingkan 2011 yang sebesar Rp 782 miliar.
"Itu pasti menjadi tantangan yang berat banget. Tapi itu bukan beban saya saja. Ini merupakan tugas bersama. Dan ada pula darah segar di BTel yang diharapkan dapat melakukan perubahan. Intinya kita commit dan berusaha untuk menyiapkan apa yang diinginkan pengguna," papar Eka.
"Saya datang ke Esia ketika lagi berantakan. Di sini, saya datang untuk membenahi. Pembenahan yang akan saya bawa adalah kembali lagi ke root Esia sekaligus untuk mempersiapkan sesuatu yang baru bagi pengguna," pungkasnya, yang masih merahasiakan strateginya.
Sebelumnya, Direktur Utama Bakrie Telecom Jastrio Abi mengatakan, sepanjang 2012, omzet atau pendapatan perusahaan mencapai Rp 2,97 triliun. Pendapatan ini turun 6,9% dibandingkan 2011 yang sebesar Rp 3,19 triliun.
Di tahun 2012, pendapatan dari bisnis voice berkontribusi sekitar 50,8% atau sebesar Rp 1,51 triliun. Sedangkan bisnis data tumbuh 142% dari Rp 143 miliar di tahun 2011 menjadi Rp 346 miliar di akhir 2012.
"Kami gembira bahwa pendapatan dari bisnis data terus mengalami pertumbuhan. Hal ini tentunya sejalan dengan tren industri telekomunikasi yang mulai mengarah ke bisnis data," jelas Abi.
Pada 2012, rata-rata pendapatan per pelanggan (blended ARPU) BTel juga mengalami kenaikan dari Rp 20 ribu per bulan menjadi Rp 21 ribu per bulan. Adapun total pelanggan BTEL di akhir tahun 2012 mencapai 11,66 juta pelanggan.
(ash/rou)