×
Ad

Mengurai Serangan Siber Masif Pakai AI ala Awan Pintar

Anggoro Suryo - detikInet
Rabu, 03 Des 2025 22:25 WIB
Foto: NurPhoto via Getty Images/NurPhoto
Jakarta -

Kecerdasan buatan (AI) bukan hanya mendorong produktivitas bisnis di Indonesia, tapi juga mulai menjadi tameng utama menghadapi ledakan serangan siber yang semakin masif.

Studi terbaru AWS mencatat 5,9 juta perusahaan di Indonesia telah memakai AI sepanjang 2024, tumbuh 47% per tahun. Namun di luar sisi ekonomi, teknologi ini kini menjadi tulang punggung baru dalam menghasilkan threat intelligence yang bisa langsung ditindaklanjuti organisasi.

Tekanan terhadap sistem digital nasional memang meningkat tajam. Detektor jaringan milik Awan Pintar--platform threat intelligence buatan Indonesia--mencatat lebih dari 133 juta serangan siber hanya dalam enam bulan pertama 2025.

Rata-ratanya mencapai sembilan serangan setiap detik, mencerminkan betapa cepat dan agresifnya pola serangan para peretas. Laporan terbaru Awan Pintar menemukan mayoritas pelaku memanfaatkan kerentanan lama (Common Vulnerabilities and Exposures) untuk mendapatkan akses awal sebelum melanjutkannya menjadi pencurian data atau serangan ransomware.

Sumber ancaman pun mulai bergeser. Serangan dari China dan Amerika Serikat masih dominan, namun serangan yang berasal dari dalam negeri naik 2,35%. Ini menandakan banyak perangkat lokal--dari rumah tangga hingga pelaku usaha--sudah disusupi karena tak diperbarui, memakai kata sandi bawaan, atau menggunakan router yang tidak aman.

"Miliaran log dibuat setiap detik dan ribuan anomali muncul setiap menit. Di kondisi seperti ini, AI dan machine learning kami memproses jutaan hingga miliaran data mentah secara real-time untuk menghasilkan threat intelligence yang dapat langsung digunakan organisasi," ujar Yudhi Kukuh, Founder Awan Pintar, dalam keterangan yang diterima detikINET.

Dengan cara kerja tersebut, AI mengubah data yang berantakan menjadi peta ancaman yang memetakan pola serangan, teknik yang sedang populer, serta titik rawan yang paling sering dieksploitasi. Pola ini membantu organisasi menyusun strategi pertahanan bahkan sebelum serangan mencapai sistem mereka. Pendekatan ini jauh lebih adaptif dibandingkan metode tradisional berbasis signature, yang sering tertinggal menghadapi varian malware baru atau teknik eksploitasi yang terus berevolusi.

Kemampuan AI dalam menganalisis perilaku juga memungkinkan perangkat mendeteksi aktivitas abnormal yang tak pernah muncul sebelumnya. Model prediktifnya bisa memetakan celah keamanan yang berpotensi dieksploitasi dan mengidentifikasi pergerakan mencurigakan dalam waktu sangat singkat.

Di level yang lebih luas, teknologi ini dapat membantu penyelidikan kasus terkait UU ITE, UU PDP, maupun kebijakan keamanan siber nasional. Perusahaan yang menargetkan sertifikasi seperti ISO 27001 pun bisa meningkatkan kesiapan keamanan digitalnya lewat Cyber Threat Intelligence yang lebih akurat.

Pada titik ini, pendekatan reaktif tak lagi relevan ketika serangan siber terjadi sembilan kali setiap detik dan para pelaku memakai otomatisasi tingkat tinggi. Organisasi--baik pemerintah maupun sektor kritikal seperti energi, telekomunikasi, dan perbankan--dituntut membangun ketahanan digital yang proaktif. Dan fondasinya adalah threat intelligence berbasis kecerdasan buatan.



Simak Video "Video: Apakah AI Bisa Menggantikan Peran Dokter?"

(asj/asj)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork