Hari Internet Aman 2025 jatuh pada 11 Februari 2025. Kabar buruknya, sebuah lembaga memperkirakan 800.000 lebih anak rentan mengalami pelecehan. Lembaga tersebut adalah Childlight. Childlight menaksir sekitar 830.000 anak mengalami pelecehan seperti berbagi gambar yang tidak diinginkan hingga pemerasan.
Kegiatan amal pun diselenggarakan oleh University of Edinburgh. Mereka ingin menyerukan pendekatan pencegahan untuk melindungi kehidupan anak-anak.
"Pada Hari Internet Aman (11 Februari 2024), lebih dari 800.000 anak di seluruh dunia diperkirakan akan mengalami beberapa bentuk eksploitasi atau pelecehan seksual yang difasilitasi oleh teknologi. Childlight Global Child Safety Institute memperkirakan bahwa lebih dari 300 juta anak terkena dampak pandemi ini setiap tahunnya, setara dengan sekitar 10 kasus setiap detik atau hampir 830.000 kasus per hari," bunyi pernyataan Childlight dari rilis yang diterima detikINET.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tim yang diselenggarakan oleh University of Edinburgh tersebut mengatakan bahwa hal ini menunjukkan masalah yang bahkan lebih meluas daripada masalah kesehatan masyarakat utama anak-anak lainnya seperti asma dan obesitas.
Hal yang dapat mengancam keselamatan anak-anak melibatkan berbagi foto yang tidak diinginkan, gambar deepfake, dan pemerasan seksual. Meskipun hal ini lazim terjadi di setiap negara, hal ini diukur dan terus bertambah. Kabar positifnya, itu berarti hal ini sebenarnya dapat dicegah.
"Sekarang lah saatnya untuk beralih ke pendekatan yang berfokus pada pencegahan yang menghentikan eksploitasi dan pelecehan seksual anak sebelum terjadi, menyelamatkan anak-anak dari bahaya yang tidak dapat dipulihkan daripada berjuang untuk menghadapi konsekuensi yang mengerikan. Dunia telah bersatu sebelumnya untuk mencegah bahaya pada skala yang sebanding, seperti halnya COVID-19 dan HIV/AIDS. Kita harus melakukannya lagi dengan urgensi karena anak-anak tidak dapat menunggu," COO Childlight Zoe Lambourne mengatakan.
Childlight percaya bahwa data yang akurat harus menjadi dasar dari pendekatan pencegahan untuk memahami skala dan sifat masalah, faktor risiko dan pendorongnya, dan intervensi apa yang dapat membuat perbedaan. Itu termasuk program pendidikan hingga undang-undang yang kuat.
Bukti selama dekade terakhir telah menghubungkan pelecehan seksual anak dengan kesehatan mental yang buruk, kesehatan fisik (termasuk kanker, penyakit kronis, dan bahkan kematian dini), hasil pendidikan yang negatif, dan kurangnya pekerjaan. Ini semua merugikan tak hanya anak-anak, tetapi masyarakat yang lebih luas pula.
(ask/ask)