Teknologi Peretas WhatsApp Mau Dibeli Kontraktor Militer AS
Hide Ads

Teknologi Peretas WhatsApp Mau Dibeli Kontraktor Militer AS

Anggoro Suryo - detikInet
Kamis, 16 Jun 2022 09:45 WIB
FILE - A logo adorns a wall on a branch of the Israeli NSO Group company, near the southern Israeli town of Sapir, Aug. 24, 2021. Israeli lawmakers on Tuesday,Jan. 18, 2022, called for a parliamentary inquiry into the police’s alleged use of sophisticated spyware on Israeli citizens, including protesters opposed to former Prime Minister Benjamin Netanyahu, following a newspaper report on the surveillance. (AP Photo/Sebastian Scheiner, File)
Foto: AP Photo/Sebastian Scheiner
Jakarta -

Perusahaan kontraktor militer Amerika Serikat L3Harris tengah menjajaki akuisisi teknologi mata-mata milik NSO Group, yang tenar dengan spyware Pegasus yang bisa meretas WhatsApp.

Jika akuisisi tersebut berhasil, perusahaan AS tersebut berarti akan mengakuisisi salah satu teknologi software peretas paling canggih dan tentunya juga penuh kontroversi, yaitu Pegasus, demikian dikutip detikINET dari The Guardian, Kamis (16/6/2022).

Sejumlah sumber mengkonfirmasi kalau saat ini diskusi antara kedua perusahaan itu difokuskan pada penjualan teknologi (atau kode) intinya, termasuk perpindahan sejumlah pegawai perusahaan asal Israel tersebut ke L3Harris.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun perjalanan akuisisi tersebut masih panjang karena masih banyak hal yang harus dipenuhi, termasuk izin dari pemerintah AS dan Israel, yang sejauh ini belum diberikan.

ADVERTISEMENT

"Transaksi seperti ini, jika benar terjadi, akan meningkatkan masalah keamanan dan kontra intelijen untuk pemerintah Amerika Serikat," ujar seorang pejabat senior di Gedung Putih.

Hal menarik dari akuisisi ini adalah Presiden AS Joe Biden belum setahun lalu menempatkan NSO dalam daftar hitam, dan menudingnya melakukan aksi yang melanggar kebijakan luar negeri dan masalah keamanan nasional di Amerika Serikat.

NSO terkenal karena jasanya sering dipakai oleh pemerintahan sejumlah negara, yaitu untuk menyediakan jasa teknologi mata-mata, yang sayangnya sering disalahgunakan untuk menargetkan jurnalis, aktivits hak asasi manusia, pejabat pemeirntahan, dan berbagai profesi lain.

Ketika dimintai komentarnya, juru bicara L3Harris menyebut kalau mereka menyadari kemampuan dari teknologi tersebut, dan terus mengevaluasi kebutuhan para konsumennya dalam hal keamanan nasional.

"Sejauh ini semua hal selain itu hanyalah spekulasi," ujarnya.

Namun, kalaupun L3Harris mengakuisisi teknologi tersebut, NSO bakal tetap berada dalam daftar hitam pemerintah AS, atau Entity List. Dan bahkan akuisisi tersebut membuat NSO bisa diselidiki lebih lanjut terkait ancaman keamanan kontra intelijen terhadap Pemerintah AS.




(asj/afr)