'Hacking Kok Disangka Daki Gunung'
Hide Ads

Roadshow National Hacking

'Hacking Kok Disangka Daki Gunung'

- detikInet
Senin, 27 Feb 2006 08:25 WIB
Jakarta - Dalam kegiatan roadshow yang baru saja dilakukan di Semarang, Jogja dan Medan, tim Pazia Acer National Hacking Competition (Panhac) kerap menemukan hal yang unik. Dari takutnya calon peserta hingga kurang pahamnya tentang istilah 'hacking'.Hal tersebut diungkapkan oleh Michael Sunggiardi, salah seorang pelaksana Panhac, ketika berbincang dengan detikINET, Senin (27/2/2006). "Banyak lho (calon peserta) yang awalnya menyangka hacking itu adalah hiking, alias mendaki gunung." ujarnya terkekeh.Untuk itulah, menurut Michael, Panhac dalam kegiatannya juga turut melakukan pembelajaran tentang hacking sebagai sebuah ilmu sekaligus seni dalam dunia komputer. "Jumlah peserta yang mendaftar, pada minggu-minggu pertama roadshow, dirasa kurang. Hal tersebut lantaran adanya ketakutan dari (calon) peserta," ujarnya.Ketakutan tersebut adalah adanya anggapan bahwa proses hacking yang terlalu sulit, dan yang kedua adalah ketakutan akan 'diciduk' oleh pihak kepolisian. "Dan satu hal lagi, kentalnya anggapan bahwa dunia hacking harus selalu anonimus," ujar pria yang kerap disapa Opa ini.Untungnya, setelah beberapa kali diselenggarakan di tiga kota yang berbeda, kini jumlah peserta yang mendaftar mengalami peningkatan yang menggembirakan. Apalagi jika mengingat bahwa sebuah notebook Acer Aspire 3620 menjadi di setiap kota, ditambah dengan notebook Acer Aspire 5670 sebagai hadiah acara grand final di Jakarta pertengahan Maret nanti.Untuk acara grand final tersebut akan tersedia hadiah lainnya semisal voucher Training Ethical Hacking di Informatics Professional Development Centre, piala bergilir dan tiket ke Malaysia untuk nonton F1 di Sepang.Rebut Gambar"Tak ada lagi anggapan bahwa acara ini susah dan tidak bisa ditembus. Modal utama yang dibutuhkan adalah program-program sejenis nmap," papar Michael. "Selain itu, tim Panhac sudah membuat ketentuan bahwa pasti ada di setiap kota. Jadi di tiap kota, baik yang berhasil mendapatkan lima file gambar logo Panhac maupun yang hanya berhasil masuk ke jaringan di mana server disiapkan, memiliki peluang mendapatkan notebook," tambahnya.Ketika berlomba, satu tim peserta acapkali terdiri atas dua atau tiga orang. Hal tersebut, menurut Michael, merupakan hal yang positif. begitu. Sebab mereka akan dapat berdiskusi dan menentukan langkah-langkah yang tepat untuk masuk ke server target.Selama di tiga kota, server masih menggunakan Microsoft Windows yang belum di patched. Untuk jaringannya, digunakan teknologi wireless LAN yang ternyata oleh sebagian besar peserta belum dipahami. "Sehingga tim Panhac terlebih dahulu harus memberikan pelatihan penggunaan wireless LAN di notebook yang disediakan," ujar Michael, " dan notebook Acer sejumlah seratus buah untuk alat perlombaan tersebut disediakan oleh panitia".Setelah melewati tiga kota di atas, saat ini tim Panhac tengah berada di kota Padang untuk meneruskan roadshow-nya. Setelah itu akan berturut-turut disambangi adalah Bandung pada 2 Maret, Surabaya pada 4 Maret, Denpasar pada 6 Maret, Makassar pada 9 Maret, serta di Jakarta pada 11 dan 14 Maret.Dalam lomba hacking ini, peserta diperbolehkan untuk membawa software program atau exploit yang mereka butuhkan. "Bahkan kalau mereka mau menggunakan LiveCD, panitia menyediakan beberapa buah CD ROM-nya yang dibuat khusus untuk acara ini," ujar Michael. "Diharapkan (dari lomba hacking) akan segera bermunculan ahli-ahli komputer yang berbakat dan dapat berperan dalam dunia teknologi informasi Indonesia," tandas Michael. (dbu) (donnybu/)
Berita Terkait