Rootkit Serbu Pengguna Komputer
Kamis, 08 Des 2005 12:40 WIB

Jakarta - Adanya serbuan rootkit, terutama setelah Sony membundel aplikasi tersebut dalam teknologi anti pembajakannya, membuat rootkit menjadi kecemasan tertinggi para industri keamanan.Menurut data-data yang dikumpulkan pakar keamanan F-Secure, rootkit yang paling sering digunakan adalah Apropos. Apropos merupakan aplikasi spyware yang mengumpulkan data-data dari kebiasaan seseorang menjelajahi web dan sistem informasi. Software tersebut kemudian akan mengirimkan kembali data tersebut kepada penciptanya. Cara tersebut juga digunakan untuk merekam tombol yang ditekan (keylogging), mengirim serangan Denial of Service (DoS) atau men-download serta meng-install software tambahan pada komputer yang terinfeksi. Rootkit menjadi fenomena semenjak Sony BMG membundel teknologi tersebut sebagai bagian teknologi anti pembajakan XTP. Sony menggunakan rootkit untuk menyembunyikan teknologinya, sehingga aplikasi mereka tidak dapat dilihat maupun dihapus oleh pengguna.Umumnya rootkit digunakan untuk membuat backdoor pada komputer. Tetapi belakangan ini, rootkit dimanfaatkan juga oleh pembuat program jahat. Mereka menggunakan rootkit untuk menyembunyikan worm dan spyware dari sofware anti virus dan anti spyware.Dalam penilaian F-Secure, jumlah infeksi Apropos bahkan melebihi rootkit Sony BMG. FU rootkit yang merupakan software open source, merupakan contoh lain rootkit yang telah menyebar secara luas. Dalam tulisan di blog F-Secure, peneliti keamanan Mika Tolvanen mengatakan aplikasi tersebut populer karena mudah digunakan. Tetapi aplikasi tersebut belum sempurna karena meskipun dapat menyembunyikan proses dari task manager Windows, file yang asli ternyata masih bisa dilihat.Selain itu, Hacker Defender dipercaya sebagai salah satu rootkit terjahat. Pencipta rootkit tersebut menjual versi yang dapat diganti-ganti, sehingga sangat sulit dideteksi. Hacker Defender sebelumnya menjadi pilihan para penjahat online yang berusaha 'mengerjai' server perusahaan. Pada server tersebut mereka dapat menemukan data-data berharga seperti perdagangan rahasia atau informasi konsumen termasuk nomor kartu kredit. Demikian dikutip detikinet dari Vnunet News Kamis (8/12/2005).
(ien/)