Begini Modus Pencucian Uang oleh Pencuri Bitcoin
Hide Ads

Begini Modus Pencucian Uang oleh Pencuri Bitcoin

Anggoro Suryo Jati - detikInet
Rabu, 04 Mar 2020 08:37 WIB
VANCOUVER, BC - OCTOBER 29: Gabriel Scheare uses the worlds first bitcoin ATM on October 29, 2013 at Waves Coffee House in Vancouver, British Columbia. Scheare said he
Ilustrasi Bitcoin. Foto: Getty Images
Jakarta -

Hacker Korea Utara yang mencuri mata uang kripto senilai USD 250 juta ternyata mendapat bantuan dari dua warga negara China untuk menghilangkan jejak uang curiannya itu.

Menurut Departemen Hukum Amerika Serikat, dua orang WN China itu melakukan praktik pencucian uang untuk sekitar USD 100 juta dari hasil pencurian tersebut. Metode yang digunakan salah satunya adalah menggunakan gift card iTunes, dan juga sejumlah metode lain.

Aksi ini menurut AS dilakukan oleh orang yang dilatih oleh pemerintah Korea Utara, yang kemudian mencuci uang yang dicurinya itu. Antara Desember 2017 sampai April 2019, ada uang sebanyak USD 100 juta yang dicuci oleh dua WN China yang bernama Tian Yinyin dan Li Jiadong.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tian mengkonversi bitcoin dengan nilai sekitar USD 1,4 juta menjadi gift card iTunes, yang menurut Departemen Hukum AS dananya itu berasal dari peretasan yang terjadi pada 2018, demikian dikutip detikINET dari The Verge, Rabu (4/3/2020).

"Aksi peretasan tempat penukaran mata uang virtual dan pencucian uang yang memperkaya pelaku asal Korea Utara memperlihatkan ancaman terhadap keamanan dan integritas dari sistem keuangan global," ujar US Attorney Timothy J. Shea.

ADVERTISEMENT

Skema pencurian dan pencucian uang ini menurut AS dilakukan oleh Lazarus Group, yaitu sindikat hacker yang terkait dengan Korea Utara. Selain melakukan berbagai serangan cyber high profile, mereka pun melakukan pencurian mata uang kripto.

Departemen Hukum AS menyebut Lazarus Group mencuri mata uang kripto itu pada 2018, tepatnya setelah seorang pegawai dari tempat penukaran mata uang kripto mengunduh sebuah malware. Dari situ si hacker mendapat akses ke kunci privat, mata uang virtual, dan berbagai informasi konsumen lain.

Selain itu ada juga hacker Korea Utara yang diduga terkait dengan pencurian mata uang virtual senilai USD 48,5 juta dari tempat penukaran mata uang virtual asal Korea Selatan pada November 2019.




(asj/asj)