Pertanyaan itu coba disodorkan pada Direktur Kebijakan WhatsApp APAC Clair Deevy. Sayangnya dia belum bisa memberikan informasi terkait berapa jumlah korban dan ada tidaknya pengguna Indonesia yang ikut terdampak serangan Spyware Pegasus.
"Saat ini kami telah mengajukan gugatan kepada NSO Group di pengadilan. Jadi kami tidak bisa membagi informasi saat ini, " kata Clair saat ditemui di kantor Kominfo, Kamis (7/11/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Clair tidak merinci sejauh mana proses gugatan tersebut berjalan. Dia hanya mengatakan kasus ini sebenarnya tidak mereka harapkan karena WhatsApp begitu menjunjung privasi penggunanya.
"Menjadi komitmen kami untuk menjaga privasi dan enkripsi. Kami melihat bahwa hal-hal seperti ini (Spaware Pegasus-red) bukan kasus yang kami inginkan. Itulah mengapa kami mengajukan gugatan di AS terhadap NSO," tegas Clair.
Seperti diketahui Serangan Pegasus ini diduga terjadi bulan Mei 2019 kepada 1.400 pengguna WhatsApp di seluruh dunia, memanfaatkan celah keamanan di panggilan WhatsApp. Setidaknya 100 orang korban adalah para aktivis politik dan HAM, wartawan atau pejabat pemerintahan.
Ketika masuk ke ponsel korban, Pegasus bisa mengambil semua data seluler berupa foto, email, nomor kontak, lokasi, arsip, data history browsing, rekaman audio dan kamera.
Will Catchart, Head of WhatsApp mengatakan targetnya adalah data penting di ponsel korban. WhatsApp dibobol untuk dijadikan jalan masuk dari kode-kode jahat ke ponsel korban.
"User akan menerima apa yang kelihatannya video call, tapi ini bukan panggilan normal," kata Will Catchart.
Setelah ponsel berbunyi, penyerang diam-diam mentransmisikan kode jahat sebagai upaya menginfeksi ponsel korban dengan spyware untuk membaca pesan dan informasi lain. Pihak yang disasar bahkan tak perlu menerima panggilan itu.
Pegasus hanya butuh nomor ponsel korban untuk mengirimkan kode-kode jahat. Tak cuma itu, Pegasus pun bisa menyusup tanpa jejak, dengan konsumsi baterai yang minimal agar tak menimbulkan kecurigaan.
"(Pegasus) tak meninggalkan jejak, konsumsi baterai, memori dan penggunaan data yang minimal, serta mempunyai opsi untuk menghapus diri sendiri yang bisa digunakan setiap saat," tambah pihak WhatsApp.
(afr/fyk)