Membandingkan Keamanan WhatsApp vs Aplikasi Pesan Lainnya
Hide Ads

Membandingkan Keamanan WhatsApp vs Aplikasi Pesan Lainnya

Josina - detikInet
Senin, 02 Sep 2019 06:07 WIB
Membandingkan Keamanan WhatsApp vs Aplikasi Pesan Lainnya
Ilustrasi aplikasi mobile. (Foto: GettyImages)
Jakarta - Saat ini banyak aplikasi yang menawarkan dapat mengirim pesan teks berbasis online kepada orang lain. Paling populer di antaranya Facebook Messenger WhatsApp, sampai Snapchat.

Namun dari banyak aplikasi tersebut yang ditawarkan perlu diperhatikan dari sisi keamanannya. Misal apakah saat mengirim pesan ke orang lain, apakah orang ketiga atau hacker dapat meretas sehingga pesan tersebut bisa ia baca juga.


Lalu patut dipertanyakan juga soal pengembang aplikasi itu, apakah pesan akan disimpan pada servernya. Bisa saja pemerintah yang ingin melacak suatu identitas bisa meminta data seperti dengan siapa pengguna berbicara, kapan dan di mana, daftar kontak yang disimpan atau juga meminta cadangan seluruh riwayat pesan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski hal tersebut membantu pemerintahan, namun enkripsi end-to-end diperlukan. Keamanan itu bekerja dengan memberikan setiap pengguna aplikasi kunci publik dan kunci pribadi.

Dirangkum detikINET dari Engadget berikut adalah aplikasi pesan online yang dianggap paling aman karena dibekali kemampuan mengatur pesan untuk dihancurkan sendiri, sehingga menghapus pesan baik untuk pengirim dan penerima pesan.

Halaman Selanjutnya

Facebook Messenger

ilustrasi Facebook Messenger. (Foto: istimewa)
Facebook Mesenger adalah salah satu layanan yang terhubung dengan media sosial Facebook. Menggunakan aplikasi ini tak perlu menggunakan nomor telepon. Cukup mencarinya dengan username atau bahkan email dengan catatan sudah menjadi teman di Facebook.

Facebook Messenger memiliki 1,3 miliar pengguna. Kelemahan pada aplikasi ini adalah percakapan tidak dienskripsi atau disandi end to end secara default. Untuk itu menikmati fasilitas itu, pengguna harus masuk ke fitur 'percakapan rahasia'.

Fitur tersebut hanya terdapat di versi aplikasi iOS dan Android, tidak tersedia di browser desktop. Kabar baiknya, obrolan itu tidak hanya dienkripsi dengan protokol standar industri Signal, tetapi juga dapat diatur untuk dihancurkan sendiri.

Kelemahan lain adalah sang induk, Facebook, yang belakangan diragukan soal menjaga privasi pengguna semenjak skandal Cambridge Analytica. Mereka dikenal dengan model bisnis menjual data kepada pengiklan. Tinggal diserahkan pada pengguna, apa mereka percaya pada Facebook atau tidak.

WhatsApp

Ilustrasi WhatsApp. (Foto: Justin Sullivan/Getty Images)
Pada tahun 2014, Mark Zuckerberg selaku pendiri Facebook mengakuisisi WhatsApp dan menjanjikan layanan ini akan berfungsi secara independen. Namun dua tahun kemudian, WhatsApp mengatakan akan mulai berbagai data dengan Facebook.

Kini WhatsApp memiliki sekitar 1,5 miliar pengguna dan mungkin saja hal-hal detail tentang pengguna WhatsApp diungkap ke Facebok. Misalnya saja, kapan terakhir pengguna menggunakan aplikasi dan seberapa sering digunakan.

Perusahaan awalnya mengatakan info itu akan digunakan sebagai saran produk dan menampilkan iklan untuk pengguna. Belakangan, mereka agak ketat dengan klaim Facebook tidak menggunakan informasi akun WhatsApp pengguna untuk meningkatkan pengalaman produk Facebook atau memberikan pengguna pengalaman iklan yang lebih relevan.

Soal keamanan, WhatsApp juga menggunakan metode Signal untuk enkripsi end to end yang artinya Facebook atau pihak ketiga tidak dapat mengakses konten pesan pengguna, terlepas dari kemungkinan hal ini direvisi di masa depan.

WhatsApp juga mengatakan tidak menyimpan pesan di servernya. Namun, jika pengguna memilih untuk mencadangkan riwayat obrolan mereka dari dalam aplikasi seperti iCloud atau Google Drive, selalu ada potensi kebocoran.

Telegram

Ilustrasi Telegram (Foto: Carl Court/Getty Images)
Aplikasi olah pesan yang berfokus pada keamanan ini telah ada sejak tahun 2013, dengan sekitar 200 juta pengguna aktif hingga 2018. Telegram memiliki opsi untuk menghancurkan sendiri pesan, membatalkan pengiriman pesan, bahkan dapat menghapus seluruh obrolan baik untuk pengirim dan si penerima pesan.

Namun ternyata, fitur enkripsi end to end pada Telegram tidak diaktifkan secara default. Untuk itu, pengguna harus menggunakan obrolan rahasia.

Adapun percakapan reguler dienkripsi antara perangkat pengguna dan server Telegram dan juga antara server Telegram dan perangkat si penerima pesan.

Perusahaan mengatakan hal ini untuk memastikan pengguna memiliki cadangan cloud dan akses ke riwayat obrolan di perangkat apapun. Beberapa pakar keamanan siber juga mempertanyakan metode enkripsi Telegram, yang dikembangkan secara mandiri atau in-house dan bukan open source.

Signal

Ilustrasi Signal (Foto: Istimewa)
Selain mengembangkan standar protokol enkripsi end-to-end, Signal banyak disebut sebagai aplikasi yang paling aman. Obrolan sepenuhnya terenkripsi secara default, termasuk metadata seperti kepada siapa pengguna berkirim pesan.

Pesan juga dapat diatur ke penghancuran diri dan dapat dikirim secara anonim. Pendiri Signal menyebutkan, layanan Signal dirancang untuk meminimalkan data yang disimpan.

Pada tahun 2016 Signal diinvestigasi dan hanya bisa bisa memberikan data tanggal terakhir saat aplikasi pengguna mengakses servernya dan waktu ketika akun dibuat, sehingga hal tersebut membuktikan betapa sedikitnya data pengguna yang disimpan Signal.

"Layanan Signal dirancang untuk meminimalkan data yang kami simpan," kata pendiri Signal, Moxie Marlinspike kepada The New York Times setelah rincian investigasi itu keluar. Namun demikian kelemahannya, popularitas Signal masih kalah dari berbagai pesaing, apalagi WhatsApp.

Halaman 2 dari 5
(jsn/fyk)