Para penjahat ini juga akan mencuri informasi pribadi serta informasi keuangan dari pengguna yang tertipu. Modusnya mereka akan menyamar sebagai warga negara Amerika Serikat yang tinggal negara lain atau mereka akan mengaku sebagai anggota militer ataupun pebisnis di AS.
Dilansir detiKINET dari CNET, Selasa (6/8/2019) pada tahun 2017 lebih dari 15.000 pengguna internet menjadi korban penipuan yang telah menelan kerugian USD 211 juta atau sekitar Rp 3 triliun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jumlah ini kemudian meningkat pada tahun 2018 menjadi sebesar 18.000 pengguna internet dengan kerugian USD 362 juta atau sekitar Rp 5 triliun.
Menyamar sebagai warga negara AS, para penjahat ini akan menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk membangun hubungan melalui situs kencan online. Setelah sukses, mereka akan meminta korban untuk mengirim hadiah.
Mereka meminta dikirim barang-barang elektronik, uang hingga tiket pesawat dengan alasan agar bisa bertemu. Bahkan ada juga dalam beberapa kasus, mereka mengatakan kepada korban bahwa uang transfer tidak diterima dan meminta korban untuk mengirim ulang, padahal uang tersebut sudah masuk.
Baca juga: Ayo Cek IMEI Ponsel Kamu, BM atau Resmi? |
"Sebagian besar administrator situs kencan tidak melakukan pemeriksaan terhadap latar belakang kriminal ketika sebuah akun terdaftar," tulis FBI.
FBI pun menyarankan agar pengguna situs kencan melakukan pencarian gambar dan informasi lebih jelas kepada siapapun yang terhubung secara online untuk menghindari penipuan.
(jsn/jsn)