Lewat akun Twitter-nya itu, Jahromi memastikan tak ada serangan cyber AS ke Iran yang sukses. Ia pun menyebut kalau Iran sudah sering mendapat serangan cyber -- ia menyebutnya sebagai cyber terrorism -- seperti Stuxnet yang menyerang fasilitas nuklir Iran pada 2010, yang dipercaya dibuat oleh Israel dan AS.
Lalu pada 2018 lalu, menurut Jahromi, Iran tak cuma berhasil selamat dari satu serangan cyber, melainkan dari 33 juta serangan cyber yang dilancarkan ke negaranya itu, demikian dikutip detikINET dari Aljazeera, Senin (24/6/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Badan Cyber AS: Awas Malware dari Iran |
"Tahun lalu kami menggagalkan tak cuma satu serangan melainkan 33 juta serangan menggunakan Dejpha," tulis Jahromi di akun @azarijahromi. Dejpha yang disebut oleh Jahromi ini adalah sistem pertahanan internet milik Iran.
Sayangnya tak banyak informasi mengenai Dejpha. Namun yang jelas tameng ini sepertinya adalah usaha dari Pemerintah Iran untuk memperkuat benteng cyber mereka karena terancam diisolasi oleh AS.
Sebelumnya pada Sabtu (22/6) waktu setempat, Washington Post melaporkan bahwa AS melancarkan serangan siber terhadap sistem kendali rudal dan jaringan mata-mata Iran pekan ini, setelah Iran menembak jatuh sebuah pesawat tak berawak (drone) pengintai AS.
Menurut media terkemuka AS itu, serangan siber itu melumpuhkan komputer-komputer yang digunakan untuk mengendalikan roket dan peluncur rudal, namun tidak menimbulkan korban. Serangan itu dilakukan tak lama setelah Presiden AS Donald Trump membatalkan serangan udara terhadap Iran pada Kamis (20/6) lalu.
(asj/krs)