Zaif dirampok atau lebih tepatnya diretas pada 14 September, dan peretasannya sendiri berlangsung selama dua jam. Mereka baru menyadari hal ini tiga hari kemudian setelah menemukan adanya masalah di server dan mulai menginvestigasinya.
Kemudian pada 18 September mereka mengkonfirmasi kalau servernya diretas dan melaporkannya ke pihak berwajib, demikian dikutip detikINET dari The Verge, Jumat (21/9/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Harga Bitcoin Tembus Rp 388 Juta, Kok Bisa? |
Jenis cryptocurrency yang dicuri dalam aksi tersebut antara lain adalah bitcoin, monacoin dan bitcoin cash dan terjadi karena dompet digital mereka terkoneksi ke internet.
Dari USD 60 juta itu, hampir USD 20 juta di antaranya dimiliki oleh Tech Bureau, induk perusahaan Zaif. Kini, Tech Bureau tengah berusaha mencari suntikan dana untuk mengembalikan dana yang dirampok itu.
Peretasan ini tentu akan mempengaruhi pandangan Financial Services Agency (FSA) Jepang terhadap mata uang kripto. Pasalnya ini bukan pertama kalinya ada perampokan yang melibatkan mata uang tersebut.
Sebelumnya ada Mt. Gox, yang kehilangan hampir semua simpanan bitcoinnya dalam pencurian yang terjadi pada 2014, yang mengakibatkan mereka bangkrut, dan hingga kini para konsumennya masih menunggu pengembalian uang mereka.
Lalu ada juga pencurian di Coincheck yang mengakibatkan kerugian USD 530 juta pada Januari lalu. Pencurian ini juga yang memicu pengawasan dari FSA Jepang terhadap mata uang kripto. Menurut mereka, banyak tempat penukaran mata uang kripto yang tak mempunyai keamanan memadai juga perlindungan terhadap praktik pencucian uang. (asj/krs)