Chee Choon Hong, Director Asia Consumer Business Norton by Symantec, mengaku tetap percaya diri dengan strategi yang diterapkan oleh Microsoft tersebut.
"Semakin banyak pemain itu pertanda yang bagus untuk konsumen, tapi saya tak bisa berkomentar soal strategi yang diterapkan oleh pemain lain," ujar Chee dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis (17/11/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pasalnya, tim global Symantec secara rutin terus berkomunikasi dengan Microsoft setiap mereka merilis software anyar. "Kami belum bisa berkomentar jika hanya berdasar spekulasi, karena belum ada kasus dengan Norton," ujarnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, perusahaan anti virus asal Rusia, Kaspersky, menuding Microsoft menyalahgunakan kekuasaannya di Windows. Kaspersky menilai Microsoft sengaja menyingkirkan anti virus lain dan mempromosikan produk keamanan mereka sendiri, Windows Defender.
Salah satu komplain adalah ketika user melakukan upgrade ke Windows 10, Microsoft secara otomatis melakukan deaktivasi software sekuriti yang dianggap tak kompatibel, lalu menginstal Defender. Masalahnya, pengembang software hanya diberi waktu seminggu untuk membuat software mereka kompatibel dengan Windows 10.
Bahkan menurut Kaspersky, meski anti virus yang lain kompatibel, Microsoft masih menyarankan agar user beralih ke Windows Defender saja. Kemudian jika lisensi anti virus itu sudah habis, Windows 10 otomatis beralih ke Windows Defender.
Hal itulah yang membuat Kaspersky berang dan melaporkan Microsoft kepada lembaga anti kompetisi di Uni Eropa dan Rusia. Kaspersky ingin otoritas memaksa Microsoft agar memudahkan developer untuk menjaga kompabilitas dengan Windows. (asj/rou)