Menanggapi hal tersebut, pihak Go-Jek membantah. Dalam keterangan yang diterima detikINET, Rabu (27/7/2016), perusahaan besutan Nadiem Makarim ini menegaskan tidak terjadi peretasan pada sistem Go-Jek.
Mereka telah mendengar soal informasi mengenai penjualan akun-akun yang diretas. Pihak Go-Jek pun langsung melakukan investigasi mengenai masalah ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Hal ini dapat terjadi karena banyak pengguna atau pemilik akun menggunakan kombinasi email dan password yang sama untuk berbagai akun onlinenya," tulis Manajemen Go-Jek.
Adapun yang dijual para hacker di media sosial adalah akun login dan password dari berbagai layanan pembayaran online, termasuk informasi di kartu kredit, akun login untuk situs e-commerce internasional, akun login untuk penyedia layanan online payment dan lain-lain.
Pihak Go-Jek mengaku telah mengindentifikasi resiko ini sejak dini. Karena itu mereka telah membekukan password dari akun-akun Go-Pay yang terkena dampak dari praktik ilegal ini.
"Meski yang diretas bukanlah sistem kami, Go-Jek berinisiatif mengembalikan nilai kredit Go-Pay dari pelanggan yang menjadi korban," ujar pihak Go-Jek lebih lanjut.
Lebih lanjut mereka menyarankan agar pemilik akun Go-Pay untuk memakai password yang berbeda dengan akun online lainnya. Selain itu ada baiknya menggunakan kombinasi password yang lebih kuat. Bila melihat terjadi kehanggalan pada aktivitas akun, diminta segera melaporkan ke account@go-jek.com. (afr/rou)