Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network
detikInet
Awas! Ada Ancaman di Pergelangan Tangan

Awas! Ada Ancaman di Pergelangan Tangan


Achmad Rouzni Noor II - detikInet

Ilustrasi (gettyimages)
Jakarta - Tak cuma jadi momok bagi pengguna komputer PC atau laptop, tapi ransomware belakangan juga telah berkembang dan menyerang perangkat yang lebih kecil, yakni wearable device seperti smartwatch.

Menurut analisa perusahaan keamanan. Symantec, virus yang suka menyandera data dengan meminta tebusan itu semula berawal dari pesatnya penggunaan smartphone berbasis Android.

Namun ketika belakangan smartwatch berbasis Android Wear juga banyak diproduksi, hal itu turut membuat ransomware menjajah perangkat yang ada di pergelangan tangan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kebanyakan perangkat wearable seperti Android Wear terkoneksi secara pairing dengan smartphone Android. Nah, dari situ ransomware mulai menyerang," kata Halim Santoso, Director Systems Engineering Symantec ASEAN di Penang Bistro, Jakarta, Kamis (27/8/2015).

Dia tak menyebut secara detail apakah ransomware ini sejenis dengan malware yang menyerang komputer pada umumnya. Namun, maksud dan tujuannya sama-sama untuk menyandera file dan meminta tebusan.

"Bisa dipastikan caranya dan tujuannya sama dengan ada yang di komputer. Wearable device cuma salah satu cara mereka untuk masuk ke dalam dan melakukan serangan," jelasnya.

Ya, ransomware yang menginfeksi jam tangan pintar atau ponsel Android akan mengunci perangkat dengan password. Setelah itu korban akan diminta untuk membayar tebusan melalui metode pembayaran yang tak biasa untuk menghilangkan jejak.

"Bisa saja mereka minta tebusan lewat Bitcoin supaya tidak bisa dilacak. Dan sebaiknya, apapun permintaan para pembuat ransomware ini jangan pernah dituruti," masih kata Halim.

Karakteristik ransomware yang ada di Android dan Android Wear ini, ditambahkan olehnya, juga sangat mirip dengan yang ada di desktop.

Pengguna tak bisa menghilangkannya bahkan ketika di-reset atau di-factory reset sekalipun. Satu-satunya cara adalah melakukan pencegahan.

"Oleh sebab itu, biasakan untuk mem-back up file-file penting. Masalahnya, 55% orang tidak pernah back up file, 25% hanya sebagian, dan 20% tidak pernah sama sekali," sesal Halim.

(rou/fyk)







Hide Ads