Misteri struktur dalam Bulan akhirnya semakin terang. Penelitian ilmiah yang dipublikasikan di jurnal Nature pada Mei 2023 mengonfirmasi bahwa inti dalam Bulan bukan cair atau berupa lautan magma, melainkan bola padat dengan kepadatan mirip besi. Temuan ini sekaligus menepis berbagai spekulasi lama dan memperkuat pemahaman ilmuwan tentang sejarah evolusi Bulan serta dinamika awal Tata Surya.
Penelitian dipimpin oleh Arthur Briaud dari Pusat Penelitian Ilmiah Nasional Prancis (CNRS). Dalam laporan mereka, tim menyebut bahwa hasil pemodelan "mempertanyakan evolusi medan magnet Bulan berkat demonstrasi keberadaan inti dalam, serta mendukung skenario pembalikan mantel global." Artinya, struktur inti Bulan ternyata jauh lebih kompleks dan mirip dengan inti Bumi.
Bukti Baru dari Pemodelan Data Multimisi
Untuk memahami interior objek langit, ilmuwan biasanya mengandalkan data seismik. Untungnya, Bulan memiliki catatan seismik dari misi Apollo era 1960-1970-an. Namun, resolusi data itu terlalu rendah untuk menentukan apakah inti dalam Bulan padat atau cair. Model inti padat dan cair sama-sama cocok dengan data lama.
Briaud dan tim mengambil pendekatan berbeda. Mereka menggabungkan data dari berbagai misi luar angkasa, pengukuran jarak Bulan ke Bumi, tingkat deformasi Bulan akibat tarikan gravitasi, hingga informasi kepadatan rata-rata. Dengan memasukkan semua karakteristik ini ke dalam model numerik, mereka membandingkan sejumlah skenario struktur inti.
Hasilnya menunjukkan bahwa model yang paling sesuai dengan data adalah model yang memiliki inti luar cair dan inti dalam padat, mirip dengan struktur inti Bumi.
Ukuran dan Kepadatan Inti Bulan
Penelitian ini memaparkan detail ukuran kedua lapisan inti Bulan:
- Radius inti luar cair: sekitar 362 km
- Radius inti dalam padat: sekitar 258 km
- Kepadatan inti dalam: mendekati 7.822 kg/m³, hampir sama dengan besi murni
Dengan dimensi tersebut, inti dalam Bulan menyumbang sekitar 15% dari total radius Bulan yang mencapai 1.737 km.
Menariknya, temuan ini sejalan dengan hasil studi NASA tahun 2011 yang dipimpin Renee Weber, yang juga mengindikasikan inti dalam padat dengan radius sekitar 240 km dan kepadatan 8.000 kg/m³. Konsistensi ini memperkuat keyakinan bahwa Bulan memiliki struktur internal yang jauh lebih mirip Bumi daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Temuan struktur inti padat ini memberikan konteks penting bagi fase awal Bulan. Diketahui bahwa sekitar 4,5 miliar tahun lalu Bulan memiliki medan magnet kuat yang kemudian melemah drastis sekitar 3,2 miliar tahun lalu. Medan magnet biasanya dihasilkan oleh konveksi dan dinamika di inti, sehingga memahami komposisi inti membantu menjelaskan hilangnya medan magnet tersebut.
Penelitian Briaud mendukung skenario bahwa pembalikan mantel global-di mana material padat turun ke pusat dan material kurang padat naik ke permukaan-berperan dalam perubahan dinamika inti Bulan. Proses inilah yang diyakini memengaruhi karakteristik vulkanik Bulan dan mungkin juga berhubungan dengan periode "pengeboman" asteroid pada awal perkembangan Tata Surya.
Dengan era eksplorasi Bulan yang kembali aktif melalui program Artemis NASA serta misi Tiongkok, India, dan negara lainnya, peluang untuk memverifikasi model ini semakin besar. Penempatan seismometer baru di permukaan Bulan dapat memberikan data resolusi tinggi yang mampu memastikan struktur inti secara langsung.
Untuk saat ini, penelitian Briaud dan rekan-rekannya menjadi tonggak penting bagi dunia ilmiah. Temuan ini menegaskan bahwa Bulan bukanlah objek pasif atau sekadar simbol budaya, tetapi dunia kuno yang masih menyimpan rahasia mendalam tentang asal-usul Tata Surya.
Simak Video "Video: Progres Aturan Registrasi SIM Card Face Recognition"
(afr/afr)