Bukan Berasal dari Bumi, Batu Misterius Ungkap Kisah Kehancuran

Rachmatunnisa - detikInet
Sabtu, 27 Sep 2025 05:45 WIB
Foto: Lou Benoist/AFP
Jakarta -

Dengan bantuan astronom amatir, para ilmuwan melacak bagaimana sebuah asteroid bergerak dari luar angkasa, pecah di atmosfer Bumi, dan mengirimkan pecahan-pecahan berapi yang melesat ke tanah, mengumpulkan informasi baru tentang bagaimana batuan luar angkasa ini hancur.

Asteroid 2023 CX1 sempat menerangi langit saat hancur di wilayah barat laut Prancis sekitar pukul 14.00 GMT pada 13 Februari 2023. Tujuh jam sebelumnya, seorang astronom Hungaria telah melihat asteroid kecil yang lebarnya kurang dari satu meter dan beratnya 650 kg sekitar 200 ribu km dari Bumi.

Dalam menit dan jam berikutnya, para ilmuwan di NASA dan Badan Antariksa Eropa mampu menghitung lokasi dan garis waktu pendaratannya dengan akurasi yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Observatorium di seluruh dunia kemudian bergabung untuk mempelajari setiap aspek perjalanannya, menggunakan berbagai instrumen ilmiah. Di antara mereka yang bergerak cepat adalah para astronom profesional dan amatir dari jaringan FRIPON/Vigie-Ciel Prancis, yang diluncurkan sekitar satu dekade lalu dengan misi untuk mendeteksi dan mengumpulkan meteorit, pecahan asteroid yang sampai ke tanah.

"Kami menerima puluhan foto dan video perjalanan asteroid yang hanya beberapa detik melalui atmosfer," kata spesialis meteorit Brigitte Zanda dari Museum Nasional Sejarah Alam Prancis, yang merupakan bagian dari jaringan tersebut, dikutip dari Science Alert.

"Berkolaborasi dengan publik, termasuk menyaring gambar-gambar yang diunggah di media sosial, memungkinkan para ilmuwan mengamati fenomena tersebut dengan 'presisi yang tak tertandingi', tambah Zanda.

Tak satu pun meteorit berapi yang sampai ke Bumi merusak apa pun. Namun simulasi menunjukkan bahwa jenis fragmentasi khusus ini berpotensi menyebabkan kerusakan lebih besar daripada disintegrasi yang lebih bertahap, seperti bagaimana asteroid yang jauh lebih besar meledak di atas kota Chelyabinsk, Rusia, pada 2013.

"Saat asteroid selebar 20 meter itu turun, ada lima pecahan berturut-turut, masing-masing melepaskan sejumlah kecil energi. Namun, gelombang kejut yang dihasilkan memecahkan jendela-jendela di seluruh kota dan melukai lebih dari 1.000 orang," rinci Zanda.

"Secara khusus, ada video yang sangat berguna yang menunjukkan objek tersebut terfragmentasi, yang memungkinkan kita melihat berapa banyak bagian yang terpecah dan bagaimana ini terjadi," tambahnya.

Asteroid yang Terdeteksi

Meteorit pertama, dengan berat 93 gram, ditemukan dua hari kemudian di Saint-Pierre-le-Viger di barat laut Prancis dengan bantuan penduduk setempat. Secara keseluruhan, sekitar selusin meteorit dikumpulkan dan ditambahkan ke koleksi museum.

Setelah dua setengah tahun, semua informasi yang dikumpulkan tentang asteroid tersebut diterbitkan dalam sebuah penelitian di Nature Astronomy minggu ini. Sejauh ini hanya 11 asteroid yang terdeteksi sebelum tumbukan, dan meteorit hanya ditemukan dari empat di antaranya, kata penelitian tersebut.

2023 CX1 kemungkinan terlepas dari batu yang lebih besar dalam keluarga asteroid Massalia di sabuk asteroid antara Mars dan Jupiter, menurut penelitian tersebut.

Saat asteroid memasuki atmosfer planet kita, ia hancur sangat brutal dalam dua tahap sekitar 28 kilometer di atas Bumi. Selama proses tersebut, ia kehilangan 98% massanya dan melepaskan sejumlah besar energi.

"Ini mungkin baru kedua kalinya kami mengamati fragmentasi seperti ini. Kemungkinan besar tergantung pada kecepatan, sudut tumbukan, dan struktur internal batuan," kata Zanda.

Tak satu pun meteorit berapi yang sampai ke Bumi merusak apa pun. Namun simulasi menunjukkan bahwa jenis fragmentasi khusus ini berpotensi menyebabkan kerusakan lebih besar daripada disintegrasi yang lebih bertahap, seperti bagaimana asteroid yang jauh lebih besar meledak di atas kota Chelyabinsk, Rusia, pada 2013.

"Saat asteroid selebar 20 meter itu turun, ada lima pecahan berturut-turut, masing-masing melepaskan sejumlah kecil energi," kata Zanda.

Namun, gelombang kejut yang dihasilkan memecahkan jendela-jendela di seluruh kota dan melukai lebih dari 1.000 orang.



Simak Video "Video: Hujan Meteor Sextantids Akan Hiasi Langit pada Akhir September"

(rns/rns)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork