Indonesia memiliki potensi panas bumi mencapai 24 gigawatt (GW). Angka tersebut menempatkan Indonesia sebagai negara dengan cadangan panas bumi terbesar kedua di dunia.
Namun dari segi pemanfaatannya, Indonesia terbilang kecil, yakni menggunakan sekitar 2,5 GW. Hal itu yang menjadikan negera ini masih tertinggal dalam pemanfaatannya.
Hal tersebut diungkapkan Suyanto, Perekayasa Ahli Madya Pusat Riset Teknologi Konversi Energi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dalam program Kelas Periset edisi ke-7 yang digelar daring melalui kanal YouTube BRIN Indonesia dikutip Jumat (26/9/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Energi panas bumi berasal dari panas di dalam kerak bumi akibat magma, radioaktivitas, dan pergerakan tektonik, dengan suhu inti bumi diperkirakan mencapai 6.000 Β°C. Manifestasi energi ini dapat ditemui dalam berbagai fenomena alam seperti tanah beruap, kolam lumpur panas, semburan gas, geyser, hingga pemandian air panas alami," jelas Suyanto.
Menurutnya, energi panas bumi tidak hanya untuk pembangkit listrik, tetapi juga dapat digunakan secara langsung (direct use). Teknologi ini bisa dimanfaatkan untuk mengeringkan hasil pertanian, mengolah kopi, hingga memproduksi kopra.
"Pemanfaatannya mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya di daerah pedesaan yang memiliki akses terbatas pada energi konvensional. Sayangnya, di Indonesia pemanfaatan non-listrik masih terbatas dan umumnya hanya digunakan untuk tujuan wisata pemandian air panas," katanya.
Riset Panas Bumi BRIN
Suyanto menuturkan, BRIN telah melakukan riset panas bumi sejak 1990-an. Disampaikannya, berbagai penelitian telah menghasilkan inovasi, mulai dari proyek percontohan bersama pemerintah Prancis.
"Kemudian, pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi skala kecil, studi mengenai korosi turbin, hingga pemanfaatan uap panas bumi untuk pengeringan hasil pertanian," ungkapnya.
Ia menambahkan, riset tersebut tidak hanya berhenti di laboratorium, melainkan diarahkan untuk memberi manfaat nyata bagi masyarakat.
Meski potensinya besar, pengembangan energi panas bumi masih menghadapi tantangan.
"Risiko kegagalan eksplorasi akibat keterbatasan data geologi, kebutuhan investasi yang tinggi, serta lokasi cadangan yang sebagian berada di kawasan hutan lindung. Hal ini menjadi pekerjaan rumah yang harus dikelola secara hati-hati," urai Suyanto.
Namun, peluang pengembangan tetap terbuka lebar. Bidang ini membutuhkan sumber daya manusia terampil yang siap menghadirkan solusi bagi masa depan energi hijau Indonesia. Dengan cadangan panas bumi yang melimpah, Indonesia berpeluang besar menjadi pionir energi bersih di Asia Tenggara.
"BRIN berharap upaya riset dan inovasi di bidang ini terus diperkuat, agar panas bumi tidak hanya berkontribusi pada ketahanan energi nasional, tetapi juga benar-benar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Energi panas bumi adalah harta karun dari perut bumi yang apabila dimanfaatkan dengan optimal dapat menjawab kebutuhan energi sekaligus mendukung kesejahteraan bangsa," tutupnya.
(agt/rns)