Mengenal Topan Super Ragasa yang Disebut Badai Terkuat
Hide Ads

Mengenal Topan Super Ragasa yang Disebut Badai Terkuat

Rachmatunnisa - detikInet
Kamis, 25 Sep 2025 15:12 WIB
Topan Ragasa
Foto: Dailymail
Jakarta -

Topan Super Ragasa telah muncul dengan amukannya yang menakutkan, sehingga menjadi sorotan di musim ini. Sebagai siklon tropis terkuat di 2025 sejauh ini, Ragasa menguji seberapa baik masyarakat, infrastruktur, dan sistem prakiraan cuaca dapat merespons iklim yang berubah dengan cepat.

Dikutip dari Forbes, hingga artikel ini diunggah, Ragasa telah melumpuhkan lebih dari 700 penerbangan, ribuan pekerjaan, sekolah, dan transportasi telah dihentikan di beberapa kota di Hong Kong, China, dan Filipina, dan ribuan orang telah dievakuasi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Digambarkan sebagai badai terkuat di Bumi tahun ini, Ragasa diperkirakan akan menyebabkan kerugian miliaran dolar. Untuk memahami Ragasa, kita perlu mengetahui apa itu 'topan super', bagaimana perbandingannya dengan badai topan, dan apa yang membuat badai ini sangat berbahaya.

Ragasa Ancam Jutaan Orang di Seluruh Asia

Ragasa (di Filipina disebut Nando) terbentuk pada pertengahan September di Samudra Pasifik Barat. Badai ini berasal dari utara Yap, dan secara bertahap mengorganisir pergerakannya melintasi perairan laut yang luar biasa hangat dengan kondisi atmosfer yang mendukung. Pada 22 September, badai ini telah menguat menjadi topan super, dengan kecepatan angin maksimum 1 menit yang mencapai 265 km/jam, setara dengan badai Kategori 5.

ADVERTISEMENT

Filipina, Taiwan, dan China bagian selatan masih berada di jalur yang diproyeksikan oleh Badai Ragasa. Di Filipina, badai ini telah memicu evakuasi besar-besaran, pemadaman listrik yang meluas, dan peringatan akan hujan lebat, gelombang badai, banjir, dan tanah longsor, dengan Luzon Utara menanggung beban terberat sejauh ini.

Perbedaan Badai, Topan, dan Topan Super?

Kalian mungkin mendengar kata 'badai' digunakan dalam percakapan umum untuk menggambarkan badai besar apa pun. Tetapi dalam meteorologi teknis, nama dan kategori ini memiliki perbedaan geografis dan intensitas yang spesifik.

Di Pasifik Utara bagian Barat, siklon tropis secara formal diklasifikasikan berdasarkan kecepatan angin maksimum berkelanjutannya. Setelah angin mencapai setidaknya 119 km/jam, sistem tersebut disebut topan.

Ahli meteorologi juga dapat mengevaluasi tekanan pusat dan fitur struktural seperti mata badai, dinding mata badai, dan aliran keluar untuk memahami intensitas badai, tetapi klasifikasi resmi hanya didasarkan pada kecepatan angin.

Topan super adalah subkelompok badai yang sangat intens. Pusat Peringatan Topan Gabungan (Joint Typhoon Warning Center/JTWC) menerapkan sebutan ini untuk topan dengan kecepatan angin berkelanjutan minimal 240 km/jam selama 1 menit. Badan Meteorologi Filipina juga menggunakan istilah 'topan super', meskipun dengan ambang batas angin yang sedikit berbeda, sementara Badan Meteorologi Jepang tidak menggunakan istilah tersebut sama sekali.

Dalam kasus Ragasa, data JTWC menunjukkan kecepatan angin maksimum berkelanjutan mendekati 265 km/jam. Hal ini menempatkannya dalam kategori topan super dan, sebagai perbandingan, kekuatannya setara dengan badai Kategori 5 di cekungan Atlantik atau Pasifik Timur.

Tantangan Hadapi Kecepatan Ragasa

Yang membuat Topan Super Ragasa signifikan bukan hanya karena mencapai kekuatan 'topan super', tetapi juga seberapa cepat dan di mana ia mencapainya. Badai tersebut mengalami intensifikasi yang luar biasa cepat saat mendekati Luzon utara dan pulau-pulau di sekitarnya, mempersingkat waktu yang tersedia untuk evakuasi dan kesiapsiagaan.

Kecepatan angin puncak mencapai 265 km/jam, dengan hembusan yang bahkan lebih tinggi, dan masyarakat pesisir diperingatkan akan adanya gelombang badai yang melebihi 3 meter di daerah dataran rendah atau daerah yang terpapar.

Wilayah yang terancam badai ini meliputi medan terjal dan rawan longsor di Luzon utara dan pulau-pulau kecil seperti Calayan dan Batanes, serta pusat-pusat populasi besar di China selatan, Hong Kong, dan Taiwan.

Memprediksi jalur pasti, distribusi curah hujan, gelombang badai, dan dampak angin dari topan Pasifik barat yang dahsyat masih rumit. Lintasan sistem ini telah menempatkan beberapa negara dalam status siaga, masing-masing dengan kapasitas yang berbeda-beda untuk evakuasi, perlindungan infrastruktur, dan pemulihan listrik.

Topan Super Ragasa menggambarkan intensitas siklon tropis di wilayah tersebut: Angin setara Kategori 5, ancaman gelombang badai tinggi, intensifikasi cepat, dan bahaya bagi jutaan orang di seluruh pulau dan pesisir.

Seiring berlanjutnya musim ini, Ragasa seharusnya berfungsi sebagai peringatan sekaligus data. Badai seperti ini dapat mengajarkan kita banyak hal, tentang prakiraan cuaca, adaptasi, dan perencanaan tanggap darurat. Dan badai ini akan menguji apakah kita telah belajar cukup banyak untuk bersiap menghadapi topan berikutnya.

Saksikan Live DetikSore:




(rns/fay)
Berita Terkait