Mumi Tertua Dunia Ada di Asia Tenggara, Usianya 12 Ribu Tahun

Fino Yurio Kristo - detikInet
Rabu, 17 Sep 2025 05:45 WIB
Foto: Live Science
Jakarta -

Mumi memang terkenal berada di Mesir, namun bukan di negara itu dilakukan proses mumifikasi tertua. Mumi manusia tertua di dunia, dibuat dengan mengasapi mayat, sudah ada 12 ribu tahun yang lalu di Asia Tenggara dan China, jauh sebelum mumifikasi menjadi hal yang umum di Chili dan Mesir.

Studi puluhan makam kuno di China, Filipina, Laos, Thailand, Malaysia, dan Indonesia mengungkapkan bahwa banyak kerangka yang ditemukan dalam posisi janin yang kaku telah diasapi dan dikeringkan di atas api dalam waktu yang lama sebelum dikubur. Penelitian ini dipublikasikan di jurnal PNAS.

"Mengasapi kemungkinan membawa makna spiritual, religius, atau budaya yang jauh melampaui sekadar memperlambat pembusukan," ujar Hsiao-chun Hung, peneliti senior Australian National University dan penulis utama studi tersebut yang dikutip detikINET dari Live Science.

Peneliti menyebut tingginya jumlah penguburan di China dan Asia Tenggara dari 4.000 hingga 12.000 tahun silam di mana kerangka-kerangka tersebut diatur dalam posisi berjongkok yang tidak wajar.

Banyak kerangka menunjukkan bukti pemanasan intensitas rendah dan perubahan warna akibat jelaga, alih-alih pembakaran langsung seperti kremasi. Ini menunjukkan praktik khusus yang melibatkan pengasapan mayat kemungkinan besar dipraktikkan luas di komunitas pra pertanian di seluruh China selatan dan Asia Tenggara.

Mumi yang dikeringkan dengan asap masih dibuat hingga saat ini di beberapa wilayah Asia Tenggara. Mereka melakukan perjalanan ke Papua, Indonesia, tahun 2019 dan mengamati orang Dani dan Pumo membuat mumi dengan mengikat erat mayat-mayat dan mengasapinya hingga seluruhnya menghitam. Berdasarkan contoh-contoh ini, disimpulkan individu purba diikat erat setelah kematian dan diasapi lama di atas api bersuhu rendah.

"Perbedaan utama dari mumi yang biasa kita bayangkan adalah bahwa jasad-jasad kuno yang diasapi ini tidak disegel dalam wadah setelah proses pengasapan, sehingga pengawetannya umumnya hanya bertahan beberapa dekade hingga beberapa ratus tahun," kata Hung. Di iklim Asia Tenggara yang panas dan lembap, pengasapan kemungkinan merupakan cara paling efektif mengawetkan jasad.

Namun, bagaimana para pemburu-pengumpul kuno ini menemukan bahwa pengasapan jasad manusia dapat mengawetkannya tetap menjadi misteri yang menarik dan menggugah pikiran.

Ada kemungkinan bahwa orang-orang kuno menemukan pengasapan secara tidak sengaja, sebagai hasil sampingan dari suatu praktik ritual, atau mereka menemukan pengasapan daging hewan terlebih dahulu dan kemudian menerapkannya pada manusia yang telah meninggal.

"Yang jelas adalah praktik ini memperpanjang kehadiran nyata orang yang meninggal, memungkinkan leluhur tetap berada di antara yang hidup dengan cara nyata, sebuah refleksi menyentuh dari cinta, kenangan, dan pengabdian manusia yang abadi," kata Hung.



Simak Video "Video Ahli Temukan Teknik Pembalseman Mumi yang Tak Biasa di Austria"

(fyk/fyk)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork