Hanya ada dua badak putih utara yang tersisa di dunia. Najin dan Fatu, sepasang induk dan anak. Mereka tidak dapat melanjutkan spesies ini sendirian, tetapi upaya pertama di dunia telah dilakukan untuk melahirkan anak badak putih utara baru menggunakan sampel beku, fertilisasi in vitro (IVF), dan ibu pengganti badak putih selatan.
Ibu pengganti itu bernama Curra, dan upaya pertama di dunia yang berhasil untuk program bayi tabung lintas spesies ini dicapai oleh BioRescue, sebuah inisiatif yang mengembangkan teknologi reproduksi canggih untuk menyelamatkan mamalia yang terancam punah.
Jan Stejskal, koordinator proyek BioRescue, adalah salah satu orang yang baru saja tiba di Kenya untuk memeriksa kondisi kehamilannya ketika mereka menerima telepon yang mengkhawatirkan, Curra sakit, dan itu terjadi dengan cepat.
Mereka tidak pernah sempat memeriksa apakah ia hamil, karena ia meninggal dalam waktu satu jam setelah jatuh sakit. Tim kemudian mengetahui bahwa ini adalah akibat dari serangkaian peristiwa yang tidak menguntungkan. Pertama, ada pergeseran El Niño , yang menyebabkan hujan sangat deras.
Kemudian, hujan tersebut menghanyutkan lapisan atas tanah di Kenya, membangkitkan kembali 'mumi-mumi' yang telah tersimpan di dalam tanah selama berabad-abad. Di dalam bangkai-bangkai tersebut terdapat bakteri Clostridia yang dapat hidup selama 500 tahun, dan bakteri tersebut melepaskan racun yang sangat kuat yang dapat membunuh seekor badak hanya dalam 60 menit.
"Kejadiannya begitu cepat sehingga muncul hipotesis bahwa badak itu mungkin digigit ular, seperti mamba hitam," ujar Stejskal dalam sebuah wawancara tentang film dokumenter The Last Rhinos: A New Hope, dikutip dari IFL Science.
"Hal pertama yang kami lakukan adalah mencari tahu apa yang bisa kami lakukan agar tidak ada lagi badak lain yang mati. Kami langsung memvaksinasi mereka, jadi lega rasanya tidak ada badak lain yang mati," ujarnya.
Kehilangan Curra merupakan hal yang sangat berat bagi tim BioRescue, terlebih lagi bagi para penjaga yang telah merawatnya dan badak-badak lain di Ol Pejeta Conservancy di Kenya. Namun, hanya ada secercah harapan.
Selama otopsi, tim menemukan janin berusia 66 hari. Janin itu adalah badak putih utara jantan, yang terakhir terlihat sejak kematian Sudan pada 2018. Tidak ada yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan Curra atau janin yang sedang berkembang di dalam tubuhnya, tetapi itu menjadi bukti bahwa IVF semacam ini mungkin dilakukan. Sesuatu yang belum pernah terbukti sebelumnya.
"Saya tidak ingin mengatakan ini seperti sesuatu yang bermanfaat, tetapi karena kami berhasil memiliki embrio dan mengambil sampel jaringan, kami sebenarnya bisa membawanya ke laboratorium di Eropa dan melihat DNA janin itu," kata Stejskal.
"Momen tragis itu justru memungkinkan kami melakukan tes DNA yang tepat dan memastikan 100% bahwa itu memang berasal dari transfer embrio," imbuhnya.
Tim terus berupaya mencapai keberhasilan kehamilan bagi anak badak putih utara. Setelah anak badak tersebut lahir, mereka menghadapi tantangan baru dalam menemukan cara untuk mengembalikan sebagian keragaman genetik yang telah hilang karena spesies tersebut hampir punah, dan di sinilah BioRescue berkolaborasi dengan Colossal Foundation.
"Ketika populasi mengalami penurunan drastis seperti yang dialami badak putih utara, kita kehilangan banyak keragaman genetik," ujar kepala petugas hewan di Colossal, Matt James.
Maka, Colossal bekerja sama dengan BioRescue untuk mengembangkan jalur teknologi yang memungkinkan mereka mengeksplorasi genetika populasi badak putih utara historis sehingga mereka dapat memahami seperti apa populasinya sebelum 99%-nya hilang.
Kita bisa membandingkannya dengan apa yang ada pada dua badak putih utara yang tersisa dan galur sel yang telah disimpan, lalu kita bisa mengidentifikasi alel yang hilang seiring waktu.
Alel-alel (variasi gen) tersebut bisa mencakup gen yang bertanggung jawab atas sifat-sifat yang sangat spesifik yang mungkin meningkatkan hal-hal seperti kemampuan beradaptasi dan ketahanan terhadap penyakit.
"Lalu kami menciptakan target penyuntingan gen agar kami dapat mulai menyunting lini sel badak putih utara untuk membantu memulihkan genetika yang hilang. Artinya, seiring keberhasilan BioRescue dalam memulihkan badak putih utara dan meningkatkan populasinya, Colossal dapat membantu mengatasi keragaman genetik populasi yang terus bertambah tersebut dan memastikannya tetap beragam dan sehat semaksimal mungkin," jelas James.
Seperti yang dikatakan Stejskal kepada IFLScience, mengembalikan badak putih utara ke populasi yang stabil akan menjadi masalah kerja puluhan tahun, bukan tahunan, tetapi jika kita dapat melakukannya, ada banyak alasan mengapa kita harus melakukannya.
Ia menyebutkan, manusia lah yang berada di balik kepunahan mereka. Permintaan akan cula atau bagian lain akan tubuh badak membuat manusia membunuh mereka. Jadi, ada ruang bagi badak putih utara untuk hidup.
"Berbeda dengan beberapa spesies yang tidak memiliki habitat bagi mereka, ada banyak habitat bagi badak putih utara. Jadi, jika kita berhenti membunuh mereka, dan kita memiliki teknik yang dapat membantu kita menyelamatkan mereka, saya yakin kita harus melakukannya," ujarnya.
"Saya pernah mengunjungi Sudan Selatan, dan saya ingin mengatakan bahwa badak putih utara bahkan memiliki nilai budaya bagi penduduk di sana. Mungkin selama berabad-abad, ada badak di sekitar mereka, dan sekarang mereka tidak memilikinya. Jika Anda pergi ke Sudan Selatan, Anda akan melihat orang-orang yang bekerja di badan konservasi negara, dan mereka memiliki lencana bergambar badak, tetapi tidak ada badak di negara ini. Jadi, menurut saya, ini bukan hanya tentang hewannya, tetapi juga tentang budaya masyarakat yang tinggal di daerah di mana kita berharap badak akan kembali," tutupnya.
Simak Video "Video: Momen Kura-kura Galapagos Langka Menetas"
(rns/afr)