Lemuria, Legenda Benua Hilang yang Diklaim Nenek Moyang Orang Jawa
Hide Ads

Lemuria, Legenda Benua Hilang yang Diklaim Nenek Moyang Orang Jawa

Aisyah Kamaliah - detikInet
Selasa, 12 Agu 2025 05:44 WIB
Lemuria adalah legenda benua hilang yang dikaitkan dengan Indonesia. Benua ini konon diklaim sebagai nenek moyang orang Jawa.
Lemuria adalah legenda benua hilang yang dikaitkan dengan Indonesia. Benua ini konon diklaim sebagai nenek moyang orang Jawa. Foto: Gaia
Jakarta -

Lemuria adalah legenda benua hilang yang dikaitkan dengan Indonesia. Benua ini konon diklaim sebagai nenek moyang orang Jawa. Gunung Muria sebagai salah satu tempat yang diduga menjadi pusat peradaban mereka. Lantas, apakah Lemuria benar-benar ada?

Jika melihat aneka diskusi di media sosial Tanah Air, orang-orang yang pro terhadap keberadaan Atlantis dan Lemuria, banyak mengaitkannya dengan Jawa. Namun jika mengikuti diskusi medsos di luar Indonesia, diskusinya lebih luas dari itu dan cenderung lebih banyak membahas legenda benua hilang itu dengan dugaan tempat yang tersebar-sebar. Perlu diingat, banyak informasi yang sifatnya pseudo sains, seperti ilmiah padahal tidak sama sekali.

Inilah sekelumit sejarah pembahasan soal Lemuria di kalangan ilmuwan dan masyarakat umum sejauh ini. Melansir Times of India, Selasa (12/8/2025) selama beberapa dekade, para ilmuwan berspekulasi tentang daratan Lemuria yang terendam dalam mitos di Samudra Hindia. Pada pertengahan abad ke-19, beberapa ilmuwan, dengan bukti yang minim, melaporkan keberadaan benua yang hilang di Samudra Hindia, dan menamainya Lemuria.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Beberapa bahkan melaporkan tentang ras humanoid purba, bangsa Lemuria, dengan empat lengan dan tubuh hermafrodit yang besar. Bagi yang percaya, golongannya menyebut mereka sebagai nenek moyang manusia modern maupun lemur.

Walaupun konsep ini terbilang terlalu di luar nalar, dengan cepat konsep tersebut meraih popularitas baik secara budaya maupun di kalangan ilmuwan. Meski begitu, sains kontemporer kebanyakan membantah gagasan soal Lemuria.

ADVERTISEMENT

Kendati demikian, secara tak terduga pada 2013, ahli geologi menemukan bukti dari hilangnya benua yang tepatnya berada di mana Lemuria dipercaya berada. Hal ini pun membangkitkan minat pada teori lama tersebut.

Asal usul teori Lemuria berawal dari tahun 1864 ketika pengacara dan ahli zoologi Inggris, Philip Lutley Sclater, mengajukan gagasan tersebut dalam sebuah makalah berjudul 'Mamalia Madagaskar'. Pengamatan Sclater terhadap lemur di Madagaskar membawanya untuk menyimpulkan keberadaan daratan yang kini hilang, Lemuria, yang menghubungkan India selatan, Afrika selatan, dan Australia barat. Teori ini mendapatkan daya tarik di saat ilmu evolusi masih dalam tahap awal, dan konsep pergeseran benua belum diterima secara luas.

Teori Lemuria menjadi lebih rumit dan unik pada akhir abad ke-19, dengan ahli biologi Jerman, Ernst Haeckel, menyatakan bahwa Lemuria memainkan peran penting dalam migrasi manusia keluar dari Asia. Gagasan ini bertahan hingga awal abad ke-19, didorong oleh karya-karya seperti 'The Secret Doctrine' karya okultis Rusia, Elena Blavatskaja.

Kemudian, pada tahun 2013, para ahli geologi menemukan fragmen granit dan zirkon di Samudra Hindia, selatan India. Ini mendukung keberadaan benua yang hilang. Benua yang diusulkan ini, bernama Mauritia, menghilang sekitar 84 juta tahun yang lalu, sejalan dengan beberapa aspek konsep Lemuria asli Sclater.

Namun, penemuan ini membantah anggapan bahwa Lemuria berevolusi menjadi lemur modern, karena lemur baru muncul di Madagaskar sekitar 54 juta tahun yang lalu.

Intinya, meskipun gagasan Lemuria sebagai benua yang tenggelam mungkin tidak sepenuhnya sejalan dengan teori-teori sebelumnya, penemuan Mauritia menegaskan bahwa ada sesuatu yang hadir di Samudra Hindia, yang kini hilang ditelan zaman.




(ask/fay)
Berita Terkait