Puasa Bisa Mengubah Otak Manusia, Kok Bisa?

Adi Fida Rahman - detikInet
Senin, 05 Mei 2025 08:15 WIB
Halaman ke 1 dari 2
Foto: Hashem Al-Ghaili via Techfixated
Jakarta -

Berpuasa, terutama puasa intermiten (berkala), sering dikaitkan dengan penurunan berat badan. Namun, sebuah penelitian terbaru mengungkapkan manfaat yang lebih dalam: puasa ternyata dapat secara harfiah mengubah struktur dan fungsi otak manusia.

Para ilmuwan menemukan perubahan terukur pada area otak yang bertanggung jawab mengendalikan impuls dan mengatur nafsu makan. Dengan kata lain, efek puasa melampaui apa yang ada di piring kamu. Ini juga menjangkau hingga cara kerja organ paling kompleks di tubuh kita.

Sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal Frontiers in Cellular and Infection Microbiology mengamati peserta yang menjalani puasa intermiten. Hasilnya tak hanya menunjukkan penurunan berat badan rata-rata 7,6 kg, tetapi juga transformasi signifikan pada girus orbital frontal inferior kiri di otak peserta. Wilayah otak ini diketahui krusial untuk fungsi pengendalian impuls dan pengambilan keputusan.

Yang lebih mengejutkan, perubahan otak ini berjalan seiring dengan perubahan komposisi bakteri usus. Mikroba tertentu seperti Coprococcus dan Eubacterium hallii terbukti berkembang biak selama periode puasa.

Bakteri-bakteri ini menghasilkan senyawa, seperti asam lemak rantai pendek, yang kemudian masuk ke aliran darah dan secara aktif memengaruhi fungsi otak.

Perubahan otak gegara puasa Foto: Hashem Al-Ghaili via Techfixated

Peran Tak Terduga Bakteri Usus

Pernah merasa 'hangry' atau mudah marah saat lapar? Itu adalah salah satu contoh nyata bagaimana sinyal dari usus kamu dapat memengaruhi kondisi otak dan suasana hati. Jalan raya komunikasi dua arah ini ternyata jauh lebih canggih dari perkiraan sebelumnya.

Selama periode puasa, mikrobioma usus kita berubah . Bakteri yang bermanfaat tumbuh subur, menghasilkan asam lemak rantai pendek dan metabolit lain yang mengalir melalui aliran darah.

Senyawa-senyawa ini tidak hilang begitu saja dari sistem tubuh. Senyawa-senyawa tersebut secara aktif memengaruhi kimia otak Anda, meningkatkan kemampuan Anda untuk menahan dorongan hati dan berpotensi meningkatkan fungsi kognitif.

"Hubungan otak-usus merupakan salah satu bidang ilmu kedokteran modern yang paling menarik. Apa yang kita lihat dengan puasa intermiten adalah bahwa mengubah waktu makan dapat memberikan dampak yang besar pada kedua sistem tersebut." ujar Dr. Sarah Jenkins, ahli saraf di Universitas Columbia.



Simak Video "Video: Masih Ada Sisa Waktu, Ini Puasa Sunnah Menyambut Idul Adha!"

(afr/afr)
HALAMAN SELANJUTNYA
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork