Ilmuwan China Ciptakan Virus yang Bisa Membunuh dalam 3 Hari
Hide Ads

Ilmuwan China Ciptakan Virus yang Bisa Membunuh dalam 3 Hari

Aisyah Kamaliah - detikInet
Rabu, 30 Okt 2024 15:35 WIB
Ebola, Sars dan Flu Babi: Bagaimana manusia mengalahkan wabah dan pandemi sebelum Covid-19
Ilustrasi virus. Foto: BBC Karangan Khas
Jakarta -

Ilmuwan China dari Hebei Medical University menciptakan virus yang dapat menyebabkan kematian kilat, hanya dalam tiga hari. Efek yang disebabkan virus tersebut mirip-mirip dengan Ebola.

Melansir Times of India, studi ini menggunakan virus sintetis untuk simulasi virus Ebola dalam upaya mengenal lebih dalam soal patogen itu. Penelitian kontroversial itu mencoba menggali progresivitas penyakit dan gejala melalui model.

Menggunakan hamster Syrian, lima jantan dan lima betina, para peneliti menginjeksi virus ke dalam tubuh mereka. Hamster pun mengembangkan gejala parah mirip pasien Ebola manusia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gejala Ebola yang dimaksud termasuk masalah sistemik, kegagalan multi-organ, dan sampai menyebabkan kematian tiga hari kemudian. Beberapa hamster juga menunjukkan sekresi di mata mereka, yang mengganggu penglihatan. Gejala tersebut terkait dengan gangguan saraf optik yang diamagti pada pasien Ebola Virus Disease (EVD).

Salah satu motivasi Utama dari studi ini adalah membangun model hewan yang dapat mereplikasi gejala Ebola dengan aman tanpa memerlukan fasilitas Biosafety Level 4 (BSL-4). Penelitian Ebola membutuhkan laboratorium yang sangat aman, tetapi sebagian besar fasilitas global hanya memenuhi standar BSL-2.

ADVERTISEMENT

Nah, dengan menggunakan VSV yang direkayasa dengan Ebola GP, para peneliti menciptakan model yang dapat dipelajari di lingkungan dengan keamanan yang lebih rendah. Terobosan ini memungkinkan penelitian yang lebih luas dan mudah diakses tentang Ebola dan perawatannya

Lebih lanjut, setelah kematian hamster, para peneliti mengambil organ mereka untuk menganalisis dampak virus. Mereka menemukan bahwa virus telah terakumulasi di jaringan kritis, termasuk jantung, hati, limpa, paru-paru, ginjal, lambung, usus, dan otak.

Keberhasilan studi ini berpotensi mempercepat pengembangan vaksin dan perawatan. Tak dimungkiri, juga menimbulkan masalah etika dan keamanan yang signifikan. Penciptaan virus yang mematikan seperti itu, bahkan dalam lingkungan yang terkendali, menimbulkan risiko pelepasan yang tidak disengaja atau penyalahgunaan.

Namun, pada intinya, penelitian ini menyoroti perlunya pengawasan yang ketat dan pedoman etika yang transparan dalam studi virologi.

Ebola menjadi salah satu virus yang paling ditakuti karena tingkat kematiannya yang tinggi dan gejala yang parah. Wabah Ebola besar terakhir terjadi antara tahun 2014 dan 2016, yang mempengaruhi beberapa negara Afrika Barat dan mengakibatkan ribuan kematian.




(ask/ask)