Aurora berwarna-warni terlihat di wilayah Amerika Serikat (AS) seperti Alabama dan California Utara, jauh di selatan daripada biasanya.
Kemunculan aurora pada Kamis (10/10) malam waktu setempat akibat suar Matahari yang kuat dan coronal mass ejection (CME) yang dilepaskan dari Matahari, menurut National Weather Service's Space Weather Prediction Center.
Badai Matahari parah ini diklasifikasikan sebagai level 4 (pada skala 1 hingga 5). National Weather Service's Space Weather Prediction Center menyebutkan, badai ini dapat mengganggu komunikasi, jaringan listrik, dan operasi satelit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Badai tersebut mencapai Bumi pada pukul 11.17 ET hari Kamis (10/10) dan berlangsung hingga Jumat (11/10). Sementara kondisi badai G3, atau kuat, terpantau pada pukul 11.49 ET, para ilmuwan di pusat mengonfirmasi badai tersebut mencapai kondisi G4 pada pukul 12:57 ET.
Badai tersebut tiba di Bumi dengan kecepatan sekitar 2,4 juta kilometer per jam, dan mencapai satelit Deep Space Climate Observatory and the Advanced Composition Explorer yang mengorbit 1, 6 juta km dari Bumi sekitar 15 hingga 30 menit sebelumnya.
Satelit mengukur kecepatan dan intensitas magnetik badai, kata Shawn Dahl, koordinator layanan untuk National Weather Service's Space Weather Prediction Center.
Serangkaian jenis semburan Matahari paling intens, yang dikenal sebagai semburan kelas X, telah dilepaskan dari Matahari minggu ini. Semburan CME, adalah awan besar gas terionisasi yang disebut plasma dan medan magnet yang meletus dari atmosfer luar Matahari. Ketika letusan ini mengarah ke Bumi, dampaknya menyebabkan badai geomagnetik, atau gangguan besar pada medan magnet Bumi.
"Badai geomagnetik dapat memengaruhi infrastruktur di orbit dekat Bumi dan di permukaan Bumi," menurut National Weather Service's Space Weather Prediction Center, dikutip dari CNN, Selasa (15/10/2024).
Akibatnya, pusat tersebut segera memberi tahu Federal Emergency Management Agency, jaringan listrik Amerika Utara, dan operator satelit untuk bersiap menghadapi gangguan, terutama mengingat banyaknya persiapan dan upaya bantuan yang diperkirakan untuk Badai Milton.
Menurut Dahl, secara historis, badai G4 biasa terjadi selama siklus Matahari, tetapi G5, atau badai geomagnetik ekstrem seperti yang terjadi pada 10 Mei lalu, sangat jarang terjadi. "Badai baru ini memiliki peluang 25% untuk menjadi G5," katanya.
![]() |
Peningkatan Aktivitas Matahari
Saat Matahari mendekati titik maksimumnya, puncak dalam siklus 11 tahunnya, yang diperkirakan tahun ini, ia menjadi lebih aktif, dan para peneliti telah mengamati semburan Matahari terjadi semakin intens meletus dari bola api tersebut.
Meningkatnya aktivitas Matahari menyebabkan aurora yang menari-nari di sekitar kutub Bumi, yang dikenal sebagai cahaya utara, atau aurora borealis, dan cahaya selatan, atau aurora australis.
Ketika partikel berenergi dari CME mencapai medan magnet Bumi, mereka berinteraksi dengan gas di atmosfer sehingga menciptakan cahaya berwarna berbeda di langit.
Saat ini, para ilmuwan di pusat prediksi meyakini aurora yang terlihat kemungkinan besar akan muncul di negara bagian Timur Tengah dan Midwest bagian bawah, tetapi masih harus dilihat apakah badai tersebut akan menyebabkan fenomena aurora global seperti yang terjadi pada G5 pada badai Matahari Mei lalu. Namun, jika badai meningkat menjadi G5, aurora dapat terlihat di seluruh negara bagian selatan dan tempat lain di seluruh dunia.
"Peluang untuk melihat aurora meningkat drastis, mengingat kegelapan datang lebih awal selama musim ini. Pengamat langit di AS yang melihat aurora yang disebabkan oleh badai G3 selama akhir pekan menyaksikan cahaya utara dalam waktu satu atau dua jam setelah malam tiba," kata Dahl.
Dan meskipun tampilan warna-warni itu tidak tampak jelas oleh mata telanjang, sensor di kamera dan kamera telepon seluler dapat menangkapnya.
![]() |
Potensi Gangguan
Para ilmuwan National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) mengatakan mereka tidak yakin badai minggu ini akan melampaui badai pada Mei lalu. Sebelumnya, badai G5 terakhir yang menghantam Bumi terjadi pada tahun 2003, yang mengakibatkan pemadaman listrik di Swedia dan kerusakan pada transformator listrik di Afrika Selatan.
Selama badai geomagnetik Mei, perusahaan traktor John Deere melaporkan bahwa beberapa pelanggan yang mengandalkan GPS untuk pertanian presisi mengalami gangguan. Namun, sebagian besar operator jaringan listrik dan satelit menjaga satelit tetap teratur dan tepat di orbit serta mengelola penumpukan arus geomagnetik yang kuat pada sistem jaringan.
"Badai Matahari bulan Mei merupakan badai cuaca luar angkasa yang paling berhasil diredakan sepanjang sejarah," kata Dahl.
Para ilmuwan terus memantau lonjakan aktivitas Matahari saat meningkat karena hal itu dapat menunjukkan di mana Matahari saat ini berada dalam siklusnya.
Siklus Matahari sebelumnya telah menunjukkan bahwa beberapa badai terbesar dapat terjadi setelah puncaknya. "Saat ini kita sedang berada di tengah-tengah solar maximum. Kita hanya belum tahu apakah kita sudah mencapai puncaknya," kata Dahl.
"Itu akan diputuskan kemudian dan bisa jadi tahun ini atau bahkan awal tahun depan. Intinya, kita masih akan mengalami siklus aktivitas solar sepanjang tahun ini, juga tahun depan dan bahkan hingga awal 2026," tutupnya.
(rns/fay)