Hoarding Disorder: Gejala, Penyebab, dan Pengobatan Menurut Sains
Hide Ads

Hoarding Disorder: Gejala, Penyebab, dan Pengobatan Menurut Sains

Aisyah Kamaliah - detikInet
Rabu, 17 Jul 2024 14:00 WIB
Kamar kosan hoarding disorder
Viral pemilik kos gerebek kamar penghuni kos yang dipenuhi sampah. Netizen banyak menyinggung soal hoarding disorder. Apa itu hoarding disorder? Foto: Tangkapan layar TikTok
Jakarta -

Viral pemilik kos gerebek kamar penghuni kos yang dipenuhi sampah. Benda-benda berserakan di dalamnya, menimbulkan komentar berdatangan. Sebagian ada yang geram, tapi tak sedikit yang menyinggung soal hoarding disorder. Apa itu hoarding disorder?

Hoarding disorder adalah kesulitan dalam membuang atau memisahkan barang-barang yang dimiliki karena orang tersebut percaya benda tersebut harus disimpan. Pengidapnya akan merasakan stres jika benda-benda itu disingkirkan. Karena itu, lama kelamaan, tumpukan barang makin banyak, walau banyak yang tidak memiliki nilai.

Melansir Mayo Clinic, rumah orang yang mengalami hoarding disorder akan dipenuhi oleh banyak barang dan sampah. Benda itu bisa ada di atas kompor, meja, tangga, dan menutupi lantai. Akibatnya, aktivitas di dalamnya pun tidak bisa dilakukan, misalnya memasak, karena sampah terlalu menggunung. Seperti tidak ada ruang yang tersisa untuk tidak ditutupi sampah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Orang dengan gangguan ini mungkin tidak menyadari hal ini sebagai masalah, karena itu mengobati pengidapnya cukup menantang. Biasanya, orang dengan hoarding disorder meyakini barang-barang yang disimpannya memiliki keunikan dan dibutuhkan suatu hari nanti. Bisa juga karena dia merasa aman dan nyaman ketika dikelilingi oleh berbagai hal tersebut.

Gejala Hoarding Disorder

Gejala awal hoarding disorder biasanya muncul ketika masuk usia remaja hingga dewasa muda. Pengidapnya mulai menyimpan terlalu banyak barang yang secara perlahan memenuhi tempat tinggal. Setelah itu, dia mulai sulit untuk menyingkirkan benda-benda tersebut.

ADVERTISEMENT

Masuk usia dewasa, gangguan ini bisa semakin parah jika tidak segera diobati. Tak jarang, hoarding disorder lambat laun membuat pengidapnya menjadi lebih tertutup seperti menghindari keluarga dan teman.

Gejala hoarding disorder antara lain:

  • Menyimpan terlalu banyak barang yang mungkin tidak diperlukan saat ini dan tidak ada ruang untuk itu
  • Kesulitan yang berkelanjutan dalam membuang atau memisahkan barang-barang, terlepas dari nilai sebenarnya
  • Merasa perlu menyimpan barang-barang ini dan merasa kesal bahkan hanya dengan memikirkan untuk membuangnya
  • Tidak dapat menggunakan ruangan karena dipenuhi timbunan barang
  • Masalah dengan perencanaan dan pengorganisasian
  • Kamar tidak dapat digunakan untuk tempat beristirahat
  • Penumpukan makanan atau sampah dalam jumlah besar dan tidak sehat.

Penyebab Hoarding Disorder

Hoarding disorder biasanya mulai berkembang di usia 15-19 tahun, tapi akan semakin parah seiring bertambahnya usia. Adapun faktor risiko hoarding disorder antara lain:

  • Kepribadian

    Banyak orang yang memiliki gangguan penimbunan memiliki perilaku yang sulit dalam mengambil keputusan. Selain itu, ada juga masalah dengan perhatian, pengorganisasian, dan pemecahan masalah.
  • Riwayat keluarga

    Jika memiliki anggota keluarga yang mengidap gangguan menimbun, maka ada kemungkinan diri kamu sendiri akan mengalami gangguan tersebut.
  • Kejadian yang membuat stres

    Beberapa orang mengalami gangguan penimbunan setelah mengalami peristiwa kehidupan yang penuh tekanan dan sulit mereka atasi. Contohnya adalah kematian orang yang dicintai, perceraian, atau kehilangan harta benda karena kebakaran.

Pengobatan Hoarding Disorder

Penanganan hoarding disorder bisa melalui terapi perilaku kognitif. Apabila diperlukan, obat-obatan mungkin akan diberikan. Biasanya, obat yang diperlukan adalah selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) yang juga digunakan untuk pengidap gangguan kesehatan mental lainnya seperti gangguan kecemasan atau depresi.

Dikutip dari Siloam Hospitals, selain menjalani terapi dan mengonsumsi obat-obatan, pasien juga dianjurkan untuk menerapkan langkah-langkah berikut:

  • Memilah dan mengelompokkan barang-barang menjadi beberapa kategori, misalnya 'dibuang', 'disimpan', 'didaur ulang', dan lain-lain
  • Membuang benda yang tertimbun secara bertahap, misalnya dimulai dari 5 barang per hari
  • Menyumbangkan barang layak pakai kepada orang yang membutuhkan
  • Meletakkan tempat sampah di setiap ruangan
  • Tarik napas dalam-dalam setiap merasa tegang atau tidak nyaman saat membuang barang.



(ask/ask)