Foto Dramatis Perubahan Matahari dalam Dua Tahun
Hide Ads

Foto Dramatis Perubahan Matahari dalam Dua Tahun

Rachmatunnisa - detikInet
Sabtu, 24 Feb 2024 22:00 WIB
Foto dramatis perubahan Matahari
Foto Dramatis Perubahan Matahari dalam Dua Tahun. Foto: Solar Orbiter/ESA
Jakarta -

Siklus Matahari telah dipahami dengan baik sejak tahun 1843 ketika Samuel Schwabe menghabiskan 17 tahun mengamati variasi bintik Matahari. Sejak saat itu, ilmuwan rutin mengamati pasang surut siklus bintik Matahari setiap 11 tahun sekali.

Baru-baru ini, wahana Solar Orbiter milik badan antariksa Eropa ESA menangkap gambar Matahari secara teratur untuk melacak perkembangannya saat akan menuju puncak siklus Matahari saat ini.

Dua gambar yang dirilis baru-baru ini yang diabadikan dari bulan Februari 2021 hingga Oktober 2023 menunjukkan bagaimana keadaan sebenarnya meningkat seiring menuju titik maksimum Matahari.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Foto dramatis perubahan MatahariFoto Matahari pada Februari 2021. Foto: Solar Orbiter/ESA
Foto dramatis perubahan MatahariFoto Matahari pada Oktober 2023. Foto: Solar Orbiter/ESA

Matahari adalah bola plasma yang sangat besar, gas bermuatan listrik, yang memiliki sifat luar biasa yaitu dapat menggerakkan medan magnet yang mungkin tertanam di dalamnya. Saat Matahari berputar, medan magnet ikut terseret. Namun karena Matahari berputar lebih cepat di ekuator dibandingkan di kutub, garis-garis medan menjadi semakin rapat.

Dikutip dari Science Alert, di bawah tekanan yang sangat besar ini, garis-garis medan kadang-kadang putus, patah atau menembus permukaan Matahari. Ketika hal itu terjadi, kita akan melihat bintik Matahari.

ADVERTISEMENT

Bercak-bercak gelap pada permukaan Matahari yang terlihat ini adalah wilayah konsentrasi materi Matahari yang lebih padat menghambat aliran panas ke permukaan yang terlihat sehingga menimbulkan bercak-bercak yang sedikit lebih dingin dan lebih gelap di Matahari.

Foto dramatis perubahan MatahariKolase gambar Matahari terbaru yang ditangkap oleh Teleskop Surya Inouye. Gambar ini merupakan sejumlah kecil data Matahari yang diperoleh selama tahun pertama operasional Inouye pada fase commissioning. Gambar tersebut mencakup bintik Matahari dan daerah tenang Matahari yang dikenal sebagai sel konveksi. Foto: Solar Orbiter/ESA

Rotasi Matahari yang lambat dan penggulungan garis-garis medan yang lambat namun terus-menerus menyebabkan bintik-bintik Matahari menjadi semakin banyak seiring dengan semakin terdistorsinya medan tersebut.

Jika diamati selama beberapa tahun, bintik-bintik tersebut tampaknya bermigrasi secara perlahan dari wilayah kutub ke wilayah khatulistiwa seiring dengan berlangsungnya siklus Matahari.

Untuk membantu memahami siklus kompleks ini dan mengungkap misteri Matahari lainnya, ESA meluncurkan Solar Orbiter pada 10 Februari 2020. Misinya adalah menjelajahi wilayah kutub Matahari guna memahami apa yang mendorong siklus Matahari 11 tahun dan apa yang mendorong siklus Matahari pemanasan corona, lapisan terluar atmosfer Matahari.

Gambar yang dirilis Solar Orbiter menunjukkan permukaan Matahari yang terlihat dari dekat, fotosfer saat mendekati puncak aktivitas Matahari.

Pada awal siklus, saat kondisi solar minimum tahun 2019, aktivitas relatif sedikit dan bintik Matahari hanya sedikit. Sejak itu, segalanya perlahan meningkat. Gambar dari bulan Februari 2021 menunjukkan Matahari yang cukup tenang, tetapi gambar yang diambil pada bulan Oktober tahun lalu menunjukkan bahwa keadaan tampaknya sedang memanas.

Siklus maksimum ini diperkirakan terjadi pada tahun 2025 yang mendukung teori bahwa periode aktivitas maksimum dapat terjadi setahun lebih awal.

Memahami siklus ini bukan sekadar kepentingan ilmiah, namun penting untuk memastikan kita meminimalkan kerusakan pada sistem berbasis darat dan yang mengorbit, serta memahami dampaknya terhadap kehidupan di Bumi.




(rns/rns)