Monyet Kloning Hidup Sehat, Manusia Berikutnya?
Hide Ads

Monyet Kloning Hidup Sehat, Manusia Berikutnya?

Tim - detikInet
Senin, 05 Feb 2024 12:00 WIB
Kloning monyet rhesus
Foto: Qiang Sun/Nature Communications
Jakarta -

Kabar baru-baru ini bahwa monyet hasil kloning bertahan beberapa tahun tanpa masalah kesehatan menandai lompatan besar dalam teknologi. Namun, hal ini juga menimbulkan pertanyaan tentang apakah nanti manusia juga akan dikloning yang tentu sangat kontroversial.

Monyet tersebut, seekor kera rhesus bernama ReTro, lahir di China pada tanggal 16 Juli 2020. Spesies ini memiliki kesamaan gen sebesar 97,5% dengan manusia.

"Monyet rhesus yang dikloning telah mencapai usia tiga tahun. "Sejauh ini, kami belum melihat adanya masalah kesehatan apa pun melalui pemeriksaan fisik rutin kami," kata anggota tim Dr Falong Lu di Chinese Academy of Sciences di Beijing.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Secara historis, kloning monyet terbukti sulit, meski berhasil dilakukan di mamalia lain, misalnya Dolly si domba tahun 1996. Dolly sangat istimewa karena, tak seperti monyet itu, diklon dari sel dewasa, terobosan untuk menciptakan kembali hewan yang hidup atau punah. Mayoritas keberhasilan kloning terjadi saat sel janin muda disalin di tahap sangat awal, sebuah tantangan lebih sederhana.

Salah satu masalah utama kloning mamalia hidup adalah usia dan kompleksitas DNA. Dalam kasus monyet itu, dan banyak kasus lainnya, tim menanamkan embrio muda ke dalam plasenta yang 'siap pakai' dan tidak dikloning. Maka, embrio masih dapat menyerap DNA dari plasenta, dan karena itu mungkin bukan kloning yang sebenarnya.

ADVERTISEMENT

Memang, meski telah dilakukan penelitian puluhan tahun, teknologi kloning masih jauh dari matang. Ada jauh lebih banyak kegagalan daripada sukses. Di tahun 2020, 95 hingga 97% upaya kloning gagal. Domba Dolly adalah upaya ke-277 yang dilakukan oleh tim Universitas Edinburgh.

Namun kloning manusia secara sains adalah mungkin, masalahnya adalah pada etika ataupun hal lain seperti agama. Ilmuwan di China sendiri mengaku tidak akan mencobanya.

"Tindakan mengkloning manusia sama sekali tidak bisa diterima. "Kami tidak akan memikirkan hal ini," kata Dr Lu yang dikutip detikINET dari Sky News. Aturan dan undang-undang yang melarang klon embrio manusia berbeda-beda di seluruh dunia, namun tidak ada peneliti yang diizinkan untuk menanamkan embrio hasil kloning ke dalam rahim.

Di sisi lain, kloning tak hanya soal menciptakan kembali orang atau hewan peliharaan. Sekadar menyalin DNA mungkin tidak cukup karena individu lebih dari sekadar susunan genetik. Jadi klon anjing peliharaan mungkin tak berperilaku seperti aslinya. Hal yang sama juga menurut ahli berlaku pada manusia hasil kloning.

Hal ini juga menjadi alasan mengapa, jika kita berhasil mengkloning mamut dari DNA purba misalnya, hewan yang dihasilkan tetap tidak akan menjadi replika yang sama persis dengan aslinya dan tidak bisa menirunya. Siapa yang bisa mengajarinya menjadi mamut?




(fyk/fyk)