Sisa-sisa Lempeng Tektonik Kuno Terungkap di Kalimantan
Hide Ads

Sisa-sisa Lempeng Tektonik Kuno Terungkap di Kalimantan

Rachmatunnisa - detikInet
Jumat, 27 Okt 2023 20:15 WIB
Bongkahan kerak Bumi bernama Pontus
Sisa-sisa Lempeng Tektonik Kuno Terungkap di Kalimantan. Foto: Utrecht University
Jakarta -

Sisa-sisa lempeng tektonik kuno berumur 120 juta tahun telah terungkap. Keberadaan lempeng tektonik berukuran seperempat kali ukuran Pasifik ini terkuak setelah sebagian kerak Bumi ini masuk ke dalam perut Bumi.

Suzanna van de Lagemaat, ahli geologi pascasarjana di Utrecht University di Belanda, dan supervisornya, Douwe van Hinsbergen, menyimpulkan keberadaan lempeng tersebut dengan menyatukan data geologi yang tersimpan di pegunungan dan pecahan samudra yang berada di atas lempeng benua di seluruh kawasan Asia- Pasifik.

"Kami pikir kami sedang berhadapan dengan peninggalan lempeng yang hilang yang sudah kami ketahui," jelas van de Lagemaat, yang menemukan tanda-tanda lempeng kuno tersebut dalam formasi batuan yang ia pelajari di Kalimantan bagian utara.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tetapi penelitian laboratorium magnetik kami pada batuan tersebut menunjukkan bahwa temuan kami berasal dari jauh di utara, dan pasti merupakan sisa-sisa dari lempeng lain yang sebelumnya tidak diketahui," ujarnya seperti dikutip dari Science Alert.

Bongkahan kerak Bumi bernama Pontus

Diberi nama lempeng Pontus, bongkahan kerak Bumi ini terbentang seperempat dari Samudera Pasifik saat ini, menurut perkiraan para peneliti, berdasarkan rekonstruksi baru mereka sejak 160 juta tahun yang lalu.

ADVERTISEMENT

Saat itu, terdapat lautan luas antara Eurasia dan Australia, yang tertambat ke Antartika sebagai bagian dari superbenua Pangaea. Ketika Pangaea terpecah, lempeng Pontus yang diduga mendasari samudra purba itu tertelan selama jutaan tahun oleh lempeng-lempeng 'pemberontak' yang membawa Kalimantan dan Filipina ke posisinya saat ini.

Investigasi Van de Lagemaat terfokus pada apa yang disebut Junction Region atau Wilayah Persimpangan, salah satu wilayah lempeng tektonik paling rumit di Bumi. Wilayah ini membentang dari Jepang, melalui Kalimantan, Filipina, Papua Nugini, hingga ke Selandia Baru.

Dia mengumpulkan data yang dipublikasikan dan data dari studi lapangannya sendiri di Kalimantan untuk merekonstruksi pergerakan lempeng tektonik dari zaman dinosaurus hingga saat ini.

Berbeda dengan rekonstruksi Wilayah Persimpangan sebelumnya, van de Lagemaat dan van Hinsbergen memilih untuk tidak menggunakan data paleogeomagnetik, yakni catatan kuno tentang medan magnet Bumi yang berputar yang disimpan dalam batuan, untuk mengarahkan lempeng Laut Filipina.

Data tersebut jarang terdapat di wilayah ini, sehingga informasi tersebut mungkin mencerminkan deformasi di lempeng Laut Filipina dibandingkan pergerakannya secara keseluruhan.

Sebaliknya, para peneliti mempertimbangkan seluruh wilayah Pasifik barat dan pendahulunya, supersamudra Panthalassa yang mengelilingi superbenua Pangaea.

Bongkahan kerak Bumi bernama PontusBongkahan kerak Bumi bernama Pontus. Foto: Utrecht University

Mereka bekerja mundur dari susunan geologi lempeng tektonik saat ini di Wilayah Persimpangan untuk merekonstruksi pergerakan lempeng sejak periode Jurassic, dengan asumsi skenario lempeng tektonik paling sederhana yang sesuai dengan pengamatan geologi.

"Kami mengasumsikan model lempeng paling sederhana dengan jumlah batas lempeng paling sedikit yang diperlukan untuk menjelaskan geologi masa kini," jelas keduanya dalam makalah mereka yang diterbitkan Gondwana Research.

Jika akurat, ini merupakan hasil yang memuaskan bagi van Hinsbergen dan rekan-rekannya, yang memperkirakan keberadaan lempeng Pontus 11 tahun lalu berdasarkan anomali data seismik.

Data tersebut menunjukkan adanya pecahan lempeng tua yang tenggelam jauh ke dalam mantel Bumi sehingga mengganggu jalur gempa yang melewatinya.

Peninggalan lempeng Pontus hipotetis juga telah ditemukan di Palawan, sebuah pulau di Filipina Barat, dan di Laut China Selatan, yang masuk akal setelah dikaitkan dengan formasi Kalimantan yang dipelajari van de Lagemaat.

"Baru setelah Suzanna secara sistematis merekonstruksi setengah dari sabuk gunung 'Cincin Api' dari Jepang, melalui Papua Nugini, hingga Selandia Baru, barulah dugaan lempeng Pontus terungkap, dan itu termasuk batuan yang kami pelajari di Kalimantan," kata van Hinsbergen.




(rns/rns)