Mengungkap Apakah Benar Idul Fitri Akan Bertepatan dengan Natal di 2031

Agus Tri Haryanto - detikInet
Selasa, 04 Apr 2023 09:45 WIB
Ilustrasi Hari Raya Idul Fitri. Foto: Ahmad Viqi/detikBali
Jakarta -

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menjelaskan secara rinci terkait narasi di media sosial bahwa Idul Fitri akan bertepatan dengan Natal pada 2031. Apakah benar?

Sebagai informasi, penanggalan hijriah menggunakan sistem kamariah atau lunar yang mengacu pada peredaran bulan mengelilingi bumi. Sementara itu, penanggalan masehi didasari oleh periode bumi mengorbit matahari.

Sehingga, ada selisih sekitar 11 hari setiap tahunnya. Hal itu yang membuat jatuhnya Idul Fitri tiap tahunnya mengalami perbedaan. Bahkan, Idul Fitri bisa terjadi dua kali dalam setahun. BRIN mengungkapkan fenomena ini terulang setiap 32-33 tahun sekali.

Sementara itu, Hari Raya Natal tiap tahunnya tidak berbeda, tetap jatuh pada 25 Desember karena menggunakan kalender masehi. Nah, muncul kalau Idul Fitri akan bertepan dengan Natal pada 2031. Pusat Riset Antariksa BRIN, Andi Pangerang, pun memaparkan penjelasan dan fakta-faktanya.

Andi menuturkan fase bulan yang digunakan untuk menandai pergantian bulan dalam penanggalan Hijriah adalah fase bulan sabit awal termuda atau disebut juga hilal. Ini bisa dilihat setelah Matahari terbenam yang tentunya didukung kondisi cuaca cerah, bebas polusi cahaya, maupun tutupan awan.

Tetapi, kata Andi, ada satu syarat lagi mengamati hilal tersebut, yakni terlihat fase bulan baru atau konjungsi atau ijtimak terjadi. Fase bulan baru adalah kondisi ketika permukaan bulan yang menghadap bumi tidak terkena cahaya matahari.

"Hal ini dikarenakan saat bulan baru, matahari, bulan, dan bumi terletak pada satu garis lurus jika diamati dari bidang tegak lurus ekliptika. Kondisi ini berimplikasi pada bulan memiliki jarak sudut terdekat matahari. Sedangkan, jika bulan baru terlihat di atas ufuk sebelum bulan baru, masih dikategorikan sebagai bulan sabit akhir paling tua atau disebut muhaq," ujar Andi dikutip dari laman Edukasi Sains Antariksa.

Lebih lanjut, Andi mengatakan fase bulan baru yang digunakan sebagai acuan awal Syawal disebut juga Ijtimak awal Syawal di 2031 pada 23 Januari 2031 pukul 11.30 WIB/ 12.30 WITA/13.30 WIT.

Disampaikannya, ketinggian hilal toposentrik untuk pengamatan pada 23 Januari 2031 petang hari di Indonesia bervariasi antara -0,58 derajat (Merauke) hingga +2,02 derajat (Sabang). Sedangkan, sudut elongasi geosentrik hilal-matahari bervariasi antara 5,10 derajat (Merauke) hingga 6,14 derajat (Sabang).

Sekedar tambahan, perbedaan toposentrik dengan geosentrik adalah acuan tempat ketika dua besaran ini dihitung. Toposentrik artinya besaran dihitung untuk pengamat di permukaan bumi dan dimasukkan dengan koreksi, seperti pembiasan atmosfer dan beda lihat atau paralaks.

Sementara geosentrik, besaran dihitung untuk pengamat di titik pusat bumi. Dengan kriteria ketampakan/visibilitas hilal yang Indonesia gunakan saat ini (ketinggian toposentrik > 3 derajat dan elongasi geosentrik < 6,4 derajat), hilal sulit diamati, sehingga 1 Syawal 1452 H jatuh pada 25 Januari 2031.

Halaman selanjutnya: Aneka Idul Fitri yang mendekati Hari Natal >>>

Lihat juga Video: Tips Atasi Kulit Wajah Membandel saat Puasa






(agt/afr)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork