Badai Matahari diprediksi bakal makin ganas seiring aktivitas Sang Surya yang semakin intens. Bahaya besar pun mengintai, khususnya terhadap satelit yang bisa saja semakin banyak yang rontok.
Hal itu sudah terjadi. Pada Februari silam, perusahaan pesawat antariksa SpaceX milik Elon Musk mengumumkan bahwa sekitar 40 satelit internet Starlink mengalami kerusakan akibat Badai Matahari. Sebagian bahkan jatuh dari orbitnya.
Aktivitas intens di Matahari membuat atmosfer memanas, meningkatkan gaya tarik terhadap satelit. Walau sudah disetel ke mode aman, tetap saja lusinan Starlink tidak dapat memperbaiki posisinya dan kemudian rontok ke Bumi sampai terbakar habis.
Badai Matahari seperti itu disebabkan oleh ledakan kuat di permukaan Matahari, yang memuntahkan plasma dan medan magnet hingga dapat menerpa Bumi dan mengganggu sistem elektronik.
Insiden yang menimpa SpaceX memang sangat merugikan, tapi tidak terlalu berdampak. Sebab, mereka sudah menerbangkan ribuan satelit Starlink. Tapi jika kejadian serupa menimpa operator satelit yang lain, masalahnya bisa jauh lebih besar.
European Space Agency (ESA) misalnya, mendeteksi satelit Swarm milik mereka untuk mempelajari medan magnet Bumi, makin turun posisinya. Bahkan kecepatan turunnya 10 kali lipat lebih cepat dari beberapa tahun silam.
Ketinggian satelit Swarm sama dengan Starlink. Namun jika SpaceX punya sekitar 2.000 Starlink, ESA hanya punya 3 unit Swarm. Artinya, jika satu saja rontok akibat Badai Matahari, bisa jadi misi riset mereka akan berantakan.
Halaman selanjutnya, Badai Matahari kian ganas>>>
(fyk/fay)