Lagos, Nigeria, menjadi salah satu kota dengan lalu lintas yang parah. Macetnya bahkan menimbulkan masalah mental bagi penduduknya hingga angka bunuh diri meningkat.
Melansir CNN, Lagos diprediksi menjadi kota terbesar di tahun 2100 dengan populasi 88,3 juta penduduk menurut Global Cities Institute. Dengan begitu, kebutuhan untuk jalan yang memadai tak heran menjadi urgensi di sana. Akan tetapi, dengan perjalanan kurang dari 50 km saja, jurnalis CNN mengklaim memakan waktu delapan jam untuk sampai destinasi. Ini jauh lebih lama dari penerbangan Jakarta ke Papua.
Dengan masalah trafik, polusi dan kebisingan, para pekerja juga penduduk lainnya terdampak dari segi fisik maupun mental. Bahkan, profesional di bidang kesehatan mengaitkan ini dengan peningkatan angka bunuh diri di kota tersebut.
Olufemi Oluwatayo psikiater mengatakan tidak mengejutkan kalau orang-orang yang berpergian di Lagos terdampak negatif dari kemacetan di sana.
"Tidak susah memahami mengapa para pekerja merasa stres, burned out atau kelelahan, terutama di kota seperti Lagos. Mereka meninggalkan rumah pukul 4 pagi, menanggung lalu lintas yang parah dan kemudian menghadapi tekanan kerja dan ketidakamanan kerja yang umum," kata Oluwatayo.
"Tidak mengherankan bahwa, secara umum, lebih banyak orang tampaknya menderita kecemasan dan depresi," lanjut dia.
Di Lagos, ada lebih dari delapan juta orang, bergerak di dalam lima juta kendaraan yang berdesakan ke dalam jalanan kecil. Hanya terdiri 9.100 jalan di sana. Inilah alasan mengapa orang Lagos menghabiskan rata-rata 30 jam dalam lalu lintas setiap minggu -- atau 1.560 jam setiap tahunnya.
Simak Video "Video: Menembus Kemacetan Jakarta Jelang Long Weekend"
(ask/ask)