Ilmuwan Ukraina Cemaskan Masa Depan dan Sains Atas Invasi Rusia
Hide Ads

Ilmuwan Ukraina Cemaskan Masa Depan dan Sains Atas Invasi Rusia

Rachmatunnisa - detikInet
Selasa, 01 Mar 2022 18:50 WIB
Invasi yang dilakukan Rusia membuat banyak warga Ukraina mengungsi ke negara lain. Wajah-wajah penuh air mata terasa cukup menggambarkan keadaan di sana.
Invasi yang dilakukan Rusia membuat banyak warga Ukraina mengungsi ke negara lain. Wajah-wajah penuh air mata menggambarkan keadaan di sana. Foto: Reuters
Jakarta -

Konflik Rusia-Ukraina membuat sejumlah ilmuwan Ukraina mengambil langkah-langkah untuk melindungi diri dan pekerjaan mereka, termasuk mengumpulkan barang-barang untuk pertahanan diri dan bersiap melarikan diri. Para peneliti khawatir bahwa konflik baru akan menjerumuskan Ukraina ke dalam kekacauan dan menghentikan kemajuan yang telah dicapai dalam bidang sains.

"Saya tidak tahu apakah itu (melarikan diri) akan terjadi besok," kata Irina Yegorchenko, ahli matematika di Institute of Mathematics di Kiev, yang dekat perbatasan Ukraina dengan Belarus, dikutip dari Nature.

Lembaga penelitian di Krimea, yang sebelumnya dijalankan oleh National Academy of Sciences of Ukraine, dipindahkan ke kendali Rusia. Pertempuran di wilayah Ukraina timur Luhansk dan Donetsk berlanjut. Konflik ini menyebabkan 18 universitas pindah dari Luhansk dan Donetsk ke bagian lain negara itu. Banyak peneliti kehilangan rumah dan laboratorium mereka.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sebagian besar staf akademik di salah satu universitas yang dipindahkan, Vasyl' Stus Donetsk National University, yang sekarang di Vinnytsia, adalah orang-orang yang terpaksa pergi dan kehilangan harta benda, mata pencaharian, dan keluarga," kata Roman Fedorovich Hryniuk, rektor universitas tersebut.

Akibat konflik tersebut, banyak peneliti Ukraina memutuskan hubungan dengan Rusia dan membentuk hubungan baru dengan rekan-rekan mereka di Eropa, Amerika Serikat, dan China.

ADVERTISEMENT

"Sangat menyakitkan kehilangan hubungan yang sudah mapan dan membangun yang baru, tetapi itu memberi kami sudut pandang baru," kata Illya Khadzhynov, wakil rektor karya ilmiah di universitas tersebut.

"Ada ancaman perang yang sangat pasti. Saya merasa seperti saya bisa mati besok, atau dalam dua hari, tapi saya tidak bisa berbuat apa-apa," kata Yegorchenko. Meskipun dia merasa bahwa persiapannya tidak berguna, dia tetap mengisi daya perangkat elektronik seperti telepon dan power bank, dan selalu berhubungan dengan keluarganya. "Semua ilmuwan melakukan itu," tambahnya.

"Secara umum, ketegangan Rusia ini bertujuan untuk menciptakan kekacauan di Ukraina, dan merusak situasi ekonomi. Kami tahu bahwa kami akan memiliki lebih sedikit dana untuk penelitian, lebih sedikit peluang untuk bepergian, dan nol kemungkinan konferensi internal di Ukraina," katanya.

Tapi secara keseluruhan, dia berusaha untuk tidak khawatir dan bekerja lebih dari biasanya untuk membantu mengatasi situasi tersebut. "Matematika adalah terapi yang baik," katanya.

Di Sumy National Agrarian University, yang berjarak 30 kilometer dari perbatasan dengan Rusia, staf telah dilatih bagaimana berperilaku jika terjadi permusuhan. Pihak universitas telah menyusun rencana bagi karyawan untuk mengungsi dari gedung ke tempat perlindungan bom. Ada juga rencana untuk memindahkan peralatan ilmiah dan spesimen biologi yang unik dari wilayah tersebut.

"Dalam percakapan pribadi, para ilmuwan mengatakan bahwa mereka telah mengumpulkan koper berisi dokumen dan kebutuhan penting," kata Yurii Danko, seorang ekonom di lembaga tersebut.

Tas-tas itu berisi pakaian, obat-obatan, peralatan, barang-barang pertahanan diri dan makanan, katanya. Danko awalnya tidak percaya bahwa Rusia akan menyerang, tetapi ketika itu terjadi, banyak ilmuwan terpaksa pindah dari rumah mereka ke daerah yang dikendalikan oleh Ukraina untuk terus bekerja, atau mungkin harus pergi ke luar negeri. "Dalam kasus pendudukan, para ilmuwan tidak akan bekerja untuk musuh," tambahnya.

Vladimir Kuznetsov, ahli biologi tumbuhan di K. A. Timiryazev Institute of Plant Physiology di Moskow, Rusia, mengatakan bahwa situasi antara negaranya dan Ukraina sangat tidak diinginkan dan tidak dapat diterima.

"Banyak peneliti akan meninggalkan Ukraina dan itu akan sangat buruk," kata Kuznetsov. Dia awalnya berpikir tidak akan ada invasi, dan berharap situasi akan segera stabil. Kolaborasi ilmiah antara kedua negara telah renggang, para ilmuwan di Ukraina berusaha untuk tidak menunjukkan bahwa mereka berhubungan dengan rekan-rekan Rusia, "agar tidak membahayakan diri mereka sendiri dan keluarga mereka", tutup Kuznetsov.

Tonton Video "Presiden Ukraina Dulu Pelawak, Sekarang Hadapi Perang"




(rns/rns)