Begini Bentuk Pulau Paling Utara di Bumi
Hide Ads

Begini Bentuk Pulau Paling Utara di Bumi

Panji Saputro - detikInet
Senin, 30 Agu 2021 09:17 WIB
In this handout photo provided by Markus Rex, head of the MOSAiC expedition, a view of the North Pole from RV Polarstern, Wednesday, Aug. 19, 2020. A German icebreaker carrying scientists on a year-long international expedition in the high Arctic has reached the North Pole, after making an unplanned detour because of lighter-than-usual sea ice conditions. Expedition leader Markus Rex said Wednesday the RV Polarstern was able to reach the geographic North Pole because of large openings in sea ice that would normally make shipping in the region above Greenland too difficult. (Markus Rex/Alfred Wegener Institute via AP)
Para Ilmuwan Menemukan Pulau Paling Utara di Greenland, Gimana Bentuknya? (Foto: Markus Rex/Alfred Wegener Institute via AP)
Jakarta -

Para ilmuwan, diyakini telah menemukan sebuah daratan baru paling utara di dunia. Pulau ini belum diberi nama dan akan segera ditelan air laut. Bagaimana bentuknya?

"Bukan niat kami menemukan pulau baru. Kami hanya pergi ke sana untuk mengambil sampel," kata Morten Rasch, penjelajah dan kepala fasilitas penelitian Arctic Station di Greenland.

Kurang lebih, pulai ini hanya berukuran 30 meter saja. Lalu, memiliki puncak sekitar tiga meter dari lumpur dasar laut serta moraine, sebuah tanah dan batu yang ditinggalkan oleh glester yang bergerak, seperti dihimpun detikINET dari Bangkok Post, Minggu (29/8/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Para ahli ini menyarankan agar diberi nama 'Qeqertaq Avannarleq'. Untuk pengertiannya sendiri, yaitu 'Pulau Paling Utara' di Greenland.

Mereka awalnya mengira telah tiba di Oodaaq, sebuah pulau yang ditemukan oleh tim survei Denmark pada tahun 1978. Namun kenyataannya berbeda, di mana para ilmuwan menyatakan itu merupakan pulau baru berjarak 780 meter barat laut.

ADVERTISEMENT

"Semua orang senang bahwa kami menemukan apa yang kami pikir adalah pulau Oodaaq," kata Christiane Leister, pendiri Yayasan Leister yang mendanai ekspedisi ini.

Ia mengatakan bahwa ini seperti penjelajah pada masa lalu, yang mengira mereka mendarat di tempat tertentu. Akan tetapi, sebenarnya menemukan tempat yang sama sekali berbeda.

Mereka tak sengaja menemukan pulau kecil ini, ketika terjadi pertempuran yang membayangi negara-negara, seperti Amerika Serikat, Rusia, Kanada, Denmark dan Norwegia.

Mereka sedang memperebutkan daerah kekuasaan di Kutub Utara, sekitar 700 km ke utara dan dasar lautnya, hak penangkapan ikan dan rute pelayaran. Hal ini terkuak oleh mencairnya es akibat perubahan iklim.

Meskipun pulau ini terpapar oleh es yang bergeser, para ilmuwan mengatakan kemunculannya bukan akibat langsung dari pemanasan global. Seperti yang telah diketahui, efek itu berakibat pada menyusutnya lapisan es di Greenland.




(hps/asj)