Sebagai respons atas jatuhnya puing roket China baru-baru ini, sejumlah ahli dan pengamat menilai sampah luar angkasa berpotensi meningkatkan ketegangan di antara Amerika Serikat (AS) dan China.
Militer AS menyebut sisa-sisa roket Long March 5B yang besarnya seukuran gedung 10 lantai tersebut merupakan ancaman. NASA pun mengkritik keras China dan menudingnya tidak bertanggung jawab atas sampah luar angkasanya.
Dikutip dari South China Morning Post, roket Long March 5B akhirnya jatuh tak terkendali di Samudera Hindia dekat Maladewa pada hari Minggu (9/5) waktu setempat.
Dalam keterangan resmi yang dikeluarkan setelah roket tersebut jatuh, Administrator NASA Bill Nelson mengatakan, negara yang terlibat dalam penjelajahan luar angkasa harus meminimalisir risiko terhadap penduduk dan properti di Bumi saat ada objek yang akan kembali memasuki atmosfer.
Sampah luar angkasa memang menjadi isu penting yang sedang disorot terkait kemajuan teknologi luar angkasa. Kurang dari sebulan sebelumnya, lengan robot Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) melakukan ayunan lebar melintasi langit sebelum melepaskan paket berisi tiga ton baterai mati dan limbah lainnya.
Badan antariksa nasional China CNSA segera memberikan peringatan dalam sebuah siaran pers yang memperingatkan tentang risiko tindakan semacam itu. "Mari berdoa agar tidak kembali dan menabrak stasiun luar angkasa," tulis mereka.
China dan AS diperkirakan akan lebih sering bentrok karena masalah sampah antariksa karena orbit Bumi menjadi lebih padat. Dari 20.000 lebih puing yang saat ini dilacak oleh China, lebih dari setengahnya muncul dalam dekade terakhir atau lebih, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan bulan ini.
Feng Hao, selaku penulis utama penelitian ini, beserta rekan-rekannya di Beijing Institute of Spacecraft System Engineering mengatakan, pertumbuhan jumlah puing yang mengorbit sudah dalam tahap mengkhawatirkan, karena mereka dapat bertabrakan satu sama lain. Jumlah totalnya pun akan meningkat secara eksponensial.
"Hasil akhirnya, bahkan jika manusia tidak lagi melakukan aktivitas luar angkasa, jumlah puing-puing luar angkasa akan terus meningkat, dan pintu ke luar angkasa untuk manusia mungkin sepenuhnya diblokir," kata Feng.
Persaingan antara China dan AS di luar angkasa juga akan memperburuk keadaan. Kedua negara memiliki rencana ambisius untuk memperluas program luar angkasa mereka secara besar-besaran dalam beberapa tahun ke depan. Puluhan ribu satelit akan diluncurkan, bersamaan dengan pembangunan infrastruktur skala besar dalam orbit dari Bumi ke bulan.
Menurut perkiraan Feng, orbit geostasioner akan sangat ramai pada tahun 2033,sehingga menambahkan lebih banyak satelit ke dalamnya dapat memicu tabrakan berantai yang bisa menghancurkan.
"Puing-puing luar angkasa bisa menjadi masalah politik yang sama pentingnya dengan perubahan iklim," kata seorang ilmuwan luar angkasa asal Beijing yang meminta untuk tidak disebutkan namanya.
"Karena ruang yang tersedia di beberapa orbit kritis semakin mengecil, ketegangan antara AS dan China, dua pemain paling aktif dalam eksplorasi ruang angkasa, pasti akan meningkat," tambahnya.
China mungkin meminta pertanggungjawaban AS atas pembuangan sampah antariksa, sedangkan AS mungkin mencoba untuk membatasi misi luar angkasa China di masa depan. Ini akan berdampak besar pada geopolitik yang melibatkan setiap negara di Bumi.
Keretakan politik antara China dan AS juga dinilai akan menghambat kolaborasi internasional menyelesaikan masalah sampah luar angkasa. Berbagi informasi tentang pelacakan puing-puing saja ternyata tidak cukup, karena beberapa teknologi yang jatuh di luar angkasa mengandung aplikasi militer, tidak ada negara yang mau bekerja sama membersihkannya.
"Ini seperti dua pengemudi yang memperebutkan kemudi sementara mobil terus melaju hendak menabrak dinding," kata peneliti.
Simak Video "Video: Trump Ungkap China Bakal Pasok Tanah Jarang ke AS"
(rns/fyk)