Fakta Varian Corona India yang Diduga Sudah Masuk Indonesia
Hide Ads

Fakta Varian Corona India yang Diduga Sudah Masuk Indonesia

Aisyah Kamaliah - detikInet
Kamis, 29 Apr 2021 19:45 WIB
A COVID-19 victim is cremated in Vasai, outskirts of Mumbai, India, Thursday, April 15, 2021. India reported more than 200,000 new coronavirus cases Thursday, skyrocketing past 14 million overall as an intensifying outbreak puts a grim weight on its fragile health care system.
Fakta yang sejauh ini diketahui soal varian baru COVID-19 di India. Foto: AP Photo
Jakarta -

Varian corona baru di India mengkhawatirkan banyak negara semenjak adanya peningkatan kasus besar di sana. Pakar bahkan sudah mengira-ngira adanya kemungkinan mutasi virus tersebut sudah masuk ke Indonesia.

Mengutip CNN Indonesia, epidemiolog Universitas Griffith Australia Dicky Budiman menduga varian virus corona (COVID-19) B1617 dari India, yang disebut juga dengan 'mutan ganda' saat ini telah masuk ke Indonesia. Disebut mutan ganda karena varian virus ini mengandung dua mutasi di dalamnya yakni L4525 dan E484Q.

Dugaan itu dikuatkan dengan adanya kedatangan Warga Negara India ke Indonesia dalam jumlah besar selama beberapa bulan terakhir. Padahal negeri Bollywood itu sedang dilanda yang disebut dunia sebagai 'Tsunami COVID-19'. Ini dia fakta sementara mengenai varian COVID-19 B1617 dikutip dari CBC:

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. Seberapa banyak varian ini ditemukan di India?

Sementara ini data masih terbatas karena kurangnya pengujian sampel yang tersebar luas di seluruh India. Bulan lalu, Kementerian Kesehatan India melaporkan bahwa varian itu ditemukan pada 15% hingga 20% sampel yang diurutkan dari negara bagian Maharashtra. Maharashtra menyumbang lebih dari 60% dari semua kasus aktif di India.

Varian ini juga telah muncul di lebih dari selusin negara di seluruh dunia, menurut database global GISAID. Mereka termasuk Inggris, Amerika Serikat, Singapura dan Australia.

ADVERTISEMENT

2. Vaksin sekarang tidak efektif menghadapi B1617?

Meskipun datanya terbatas, Dr Alain Lamarre, ahli imunologi dan ahli virologi dari Institut national de la recherche scientifique (INRS) di Quebec City, mengatakan dua mutasi yang ada pada B1617 dikaitkan dengan respons antibodi yang lebih buruk.

Itu berarti antibodi yang dikembangkan melalui vaksin atau infeksi COVID-19 sebelumnya bisa jadi kurang efektif dalam menetralkan versi baru penyakit tersebut. Namun, apakah penyebabnya karena vaksin gagal melindungi terhadap varian baru ini atau orang tersebut memiliki sistem kekebalan yang sangat lemah, masih belum diketahui.

3. Apakah lebih menular?

Karena pengujian sampel telah dibatasi, para ilmuwan belum menetapkan secara pasti bagaimana kombinasi dari dua mutasi mempengaruhi seberapa menular varian baru tersebut.

Dr Cora Constantinescu dari Alberta Children's Hospital di Calgary mengatakan varian tersebut tampaknya lebih dapat menular setidaknya sekitar 20%. Tapi bukan karena virus itu sendiri, ahli percaya ada faktor-faktor lain di negara itu yang mungkin berkontribusi pada penyebarannya yang cepat di sana.

Dr Zain Chagla, seorang ahli penyakit menular mengatakan pusat kota sangat padat penduduk. Apalagi rumah di negara itu dipenuhi banyak anggota keluarga lintas generasi dengan ruang berventilasi buruk.

"Apakah karena situasi yang menyebabkan tingkat penularan tinggi dan penyebaran super, atau adakah sesuatu yang secara biologis berbeda tentang varian ini? Atau kombinasi keduanya?" ujar Chagla.




(ask/ask)