AS: Rusia Jajal Teknologi Penghancur Satelit Luar Angkasa
Hide Ads

AS: Rusia Jajal Teknologi Penghancur Satelit Luar Angkasa

Anggoro Suryo Jati - detikInet
Sabtu, 25 Jul 2020 10:50 WIB
A SpaceX Falcon 9 lifts off from Cape Canaveral Air Force Station, Fla., Monday, July 20, 2020. The rocket is carrying ANASIS II, a national security satellite for South Korea. (Craig Bailey/Florida Today via AP)
Ilustrasi peluncuran satelit. Foto: Craig Bailey/Florida Today via AP
Jakarta -

Departemen Pertahanan Amerika Serikat menyebut Rusia sudah menguji teknologi baru di luar angkasa yang bisa menghancurkan satelit yang tengah mengorbit.

Pengujian tersebut memang tak menghancurkan apa pun, namun analisis dari militer AS menganggap teknologi tersebut bisa dipakai untuk menyerang satelit milik AS di masa yang akan datang, demikian dikutip detikINET dari The Verge, Sabtu (25/7/2020).

Menurut US Space Command, pada 15 Juli lalu sebuah satelit Rusia bernama Kosmos 2543 melepaskan sebuah objek tak dikenal ke orbit. Objek misterius itu dirilis di dekat satelit Rusia yang lain, meski keduanya tak sampai bersentuhan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada saat pengujian, Kementerian Pertahanan Rusia mengakui kalau Kosmos 2543 mendekati satelit targetnya untuk melakukan inspeksi. Namun kemudian diketahui ada sebuah objek baru yang muncul saat 'inspeksi' itu berlangsung.

Kosmos 2543 memang seharusnya adalah sebuah satelit yang bertugas untuk melakukan pemeriksaan, setidaknya itulah yang dikatakan oleh Rusia. Jadi aksinya mendekati satelit yang lain itu bukan hal yang aneh.

ADVERTISEMENT

Bahkan, selama satu dekade ke belakang, satelit Rusia sudah sangat sering melakukan inspeksi dari jarak dekat semacam ini. Meski Kosmos 2543 memang tak bisa dibilang sama dengan inspeksi satelit yang ada sebelumnya.

Pasalnya Kosmos 2543 adalah satelit yang diterbangkan oleh satelit lain bernama Kosmos 2542 pada Desember 2019. Kemudian pada Januari, pemantau satelit menyadari kalau dua satelit itu terlihat memata-matai satelit USA 245 milik AS.

US Space Command pun menyadari aksi mencurigakan ini, dan menganggap aksi kedua satelit ini tak lazim dan mengganggu. Jenderal John Raymond, komandan US Space Command menganggap satelit ini berpotensi menciptakan situasi berbahaya di luar angkasa.




(asj/asj)