Tapi ada satu kondisi yang sepertinya menjadi kelemahan tardigrade yaitu pemanasan global. Temuan ini merupakan hasil dari penelitian yang dipimpin oleh Ricardo Neves dari University of Copenhagen.
Dilansir detikINET dari Newsweek, Jumat (17/1/2020) penelitian ini melihat bagaimana salah satu spesies tardigrade, Ramazzottius varieornatus, bisa bertahan hidup di berbagai kondisi temperatur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kondisi mati suri ini disebut dessication dan bisa berlangsung selama bertahun-tahun. Dalam keadaan ini, tardigrade bisa bertahan hidup selama bertahun-tahun di lingkungan dan kondisi yang ekstrem.
Para peneliti melihat bagaimana tardigrade yang ditemukan di Denmark bisa bertahan hidup di temperatur yang berbeda. Mereka menempatkan sebagian tardigrade dalam keadaan aktif, dan lainnya dalam keadaan mati suri.
Peneliti menemukan bahwa 50% tardigrade yang aktif mati saat temperatur menyentuh suhu 37,1 derajat Celcius. Saat diberikan waktu untuk menyesuaikan diri, tardigrade berhasil mencapai suhu 37,6 derajat Celcius.
Dalam keadaan mati suri, tardigrade bisa bertahan hidup hingga suhu 82,7 derajat Celcius selama satu jam. Dalam waktu 24 jam, temperatur maksimum yang bisa membantu tardigrade bertahan hidup adalah 63,1 derajat Celcius.
Temperatur paling tinggi di Denmark yang pernah dicatat adalah 36,4 derajat Celcius. Angka ini tidak terlalu jauh dibandingkan suhu maksimum di mana tardigrade aktif bisa bertahan hidup.
"Fakta bahwa suhu rata-rata yang bisa mematikan untuk R. varieornatus aktif sangat dekat dengan suhu maksimum rata-rata di Denmark - asal dari sampel spesimen yang digunakan di studi ini - cukup mengkhawatirkan menurut pendapat kami," kata Neves.
"Walau tardigrade merupakan salah satu organisme paling tahun yang hidup di planet ini, saat ini jelas mereka rentan terhadap suhu tinggi. Oleh karena itu, tampaknya tardigrade sekalipun akan kesulitan menghadapi kenaikan temperatur akibat pemanasan global," pungkasnya.
(vmp/fay)