1. New Horizons Tembus Tepi Tata Surya
Pesawat luar angkasa NASA, New Horizons, dipastikan berhasil menempuh perjalanan terjauh yang pernah dikendalikan umat manusia, yaitu sampai ke sebuah obyek di tepi tata surya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wilayah itu begitu jauhnya dari Bumi sehingga perlu enam jam bagi sinyal komunikasi mencapai Bumi dengan kecepatan cahaya. Para engineer NASA di Johns Hopkins Applied Physics Laboratory di Maryland bersorak ketika sinyal pertama pesawat itu sampai ke Bumi.
"Pesawat itu dalam keadaan sehat," sebut Mission Operations Manager, Alice Bowman. Semua sistem termasuk kamera New Horizons, bekerja dengan baik.
![]() |
"Kami telah berhasil menyelesaikan penerbangan terjauh ini. Kami siap menerima transmisi dari Ultima Thule untuk membantu kita memahami asal dari tata surya kita," tambahnya.
Diluncurkan Januari 2006, New Horizons pernah melakukan misi mengambil gambar Pluto pada 2015, sebelum ke Ultima Thule. Sekarang, New Horizons akan mempelajari soal atmosfer dan permukaan Ultima Thule untuk mencari petunjuk soal terbentuknya Tata Surya beserta para planet.
"Kemarin malam, pesawat antariksa Amerika Serikat, New Horizons, melangsungkan eksplorasi terjauh dalam sejarah umat manusia dan melakukannya dengan spektakuler," klaim Alan Stern, Principal Investigator New Horizons.
2. Parker Solar Probe Dekati Matahari
Awal Desember ini, Parker Solar Probe mendekati Matahari dalam jarak terapat di antara wahana sebelumnya. Ia diluncurkan tahun 2018 dan saat ini jaraknya 24 juta km dari Matahari. Meski angka itu tampak jauh, sebenarnya amat dekat di antariksa, kurang dari separuh jarak antara planet Merkurius dengan Matahari.
Kiriman data dari Parker diharapkan membantu menyingkap beberapa misteri, termasuk kenapa atmosfer Matahari yang disebut sebagai korona, ratusan kali lipat lebih panas dibandingkan permukaannya. Kemudian juga asal muasal persis angin surya atau angin Matahari.
Angin surya yang tidak bisa diprediksi itu mampu memicu gangguan pada bidang magnetis planet kita dan bisa mengacaukan teknologi komunikasi di Bumi.
"Tiga kali pendekatan wahana sejauh ini spektakuler. Kami bisa melihat struktur magnetis dari korona, yang memberitahu kita bahwa angin Matahari muncul dari lubang kecil korona," kata Profesor Stuart Bale dari University of California, Berkeley.
Baca juga: Inikah Ilmuwan Paling Cantik di Dunia? |
"Kami melihat aktivitas impulsif, pancaran besar atau peralihan kembali (switchbacks), yang kami pikir berhubungan dengan asal muasal angin Matahari. Dan kami juga terkejut dengan keganasan lingkungan debu di Matahari," papar dia.
Sebelumnya, ilmuwan mengamati bahwa angin Matahari tampak punya dua komponen, satu yang cepat bergerak sekitar 700 kilometer per detik dan jenis yang lambat bergerak di bawah 500 kilometer per detik. Adapun asalnya belum diketahui.
Wahana Parker telah melacak bahwa angin Matahari jenis yang lambat, kembali ke lubang korona di sekitar ekuator Matahari yang sebelumnya belum diobservasi. Pengamatan Parker juga mungkin menjelaskan kenapa korona begitu panas.
Parker nantinya akan terbang begitu dekat dengan Matahari sampai jarak 6 juta kilometer dari permukaannya. Itu 7 kali lebih dekat dari misi sebelumnya, Helios 2 yang diterbangkan tahun 1976.
Kondisi ekstrim yang dihadapi Parker butuh material khusus dan desain pesawat tak konvensional. Tameng panasnya dari keramik putih, dapat menghadapi temperatur sampai 1.400 derajat Celcius. Ia bergerak amat cepat, diperkirakan tembus 700 ribu kilometer per jam pada tahun 2024.
Halaman 2 dari 2
Simak Video "Video CHAPEA: Rumah Cetak 3D Buat Latihan ke Mars!"
[Gambas:Video 20detik]
(fyk/fyk)