Alasan Penganut Bumi Datar Tidak Percaya Semesta Berbentuk Bulat
Hide Ads

Alasan Penganut Bumi Datar Tidak Percaya Semesta Berbentuk Bulat

Rachmatunnisa - detikInet
Rabu, 13 Nov 2019 06:44 WIB
Merchandise konferensi Bumi datar. Foto: Edmonton Journal
Jakarta - Menurut gagasan Flat Earth Society, Bumi berwujud piringan datar. Para penganut teori Bumi datar ini terus berupaya membuktikan bahwa Bumi tidak bulat seperti yang dipahami masyarakat pada umumnya.

"Mereka itu tidak percaya gravitasi. Asal mula kenapa Bumi bulat, karena biasanya yang mereka sebutkan Bumi datar, kalau roket meluncur maka akan bertabrakan dengan kubah langit, itu sesungguhnya kalau dalam bahasa fisika, mereka tidak percaya gravitasi," kata Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Thomas Djamaluddin dalam wawancara Blak-blakan detikcom.

Mengapa Bumi, Bulan, planet-planet dan bintang berbentuk bulat? Hal itu dikarenakan adanya gravitasi diri dari masing-masing benda langit tersebut. Dijelaskan Djamal, dengan adanya gravitasi diri, pembentukan bintang dari awan antar bintang akan memadat sambil berputar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



"Pemadatan itu karena gravitasi dirinya. Jadi yang terjadi, bintang itu seperti Matahari yang bulat. Kemudian debu-debu yang tersisa di sekitar Matahari mengalami kondensasi karena gravitasi dirinya juga. Maka jadilah planet-planet itu bulat juga," urainya.

Dikatakan Djamal, ada teori yang mengatakan pada awal pembentukan tata surya, tumbukan di antara objek-objek langit masih sangat besar. Di antara objek itu, ada juga yang kemudian bertabrakan dengan Bumi, sehingga Bumi terkoyak.

"Bagian yang terkoyak kemudian jatuh. Dalam bahasa fisika, jatuh itu berarti dipengaruhi gravitasi Bumi. Maka dia jatuh mengelilingi Bumi dan karena gravitasi diri dari Bulan, dia menjadi bulat. Tidak mungkin Bumi sendiri yang datar sedangkan Bulan dan planet-planet yang lain bulat," jelasnya.

Alasan Penganut Bumi Datar Tidak Percaya Semesta Berbentuk Bulat Kepala LAPAN Thomas Djamaluddin. Foto: Grandyos Zafna/detikcom


Djamal juga menjawab tudingan penganut Bumi datar yang selalu mengatakan satelit tidak ada, dan bahwa orang berkomunikasi hanya menggunakan BTS (base transceiver station).

"Yang mereka tidak sadar, BTS itu meneruskan sinyal dari satelit. Dan mereka tidak sadar bahwa teknologi yang mereka gunakan untuk komunikasi, gambar peta dari Google, itu semuanya diperoleh dari satelit," sebutnya.

Sempat terjadi perseteruan di antara komunitas Bumi datar di Indonesia dengan Djamal, yang diawali sebuah tulisan ilmiah di blognya. Profesor riset astronomi lulusan S3 Astronomi Kyoto University ini memang dikenal aktif menulis di blog pribadinya yang beralamat di tdjamaluddin.wordpress.com. Sesuai dengan bidang dan keahlian yang ditekuninya, tulisan-tulisan Djamal didominasi topik seputar astronomi dan antariksa.

Tulisannya tersebut menuai reaksi dari komunitas Bumi datar Indonesia. Mereka bahkan mengeluarkan petisi yang ditujukan kepadanya pada Januari 2017, yang baru direspons awal 2018.



Meski begitu, sejatinya Djamal berusaha menjelaskan bukti yang menunjukkan bahwa Bumi berbentuk bulat. Dia memang cukup sabar meladeni pendukung Bumi datar di akun pribadinya dan laman Facebook LAPAN.

"Mereka awalnya menantang NASA untuk pembuktian Bumi datar. Saya jawab, ke LAPAN saja dulu. Mereka menyebutnya menantang, tapi ketika diundang ya hanya mendengarkan. Karena untuk membantah teori gravitasi susah. Dan semua teknologi antariksa itu prinsip dasarnya adalah pemahaman terhadap ilmu gravitasi," tutupnya.

Simak wawancara lengkap dengan Thomas Djamaluddin dalam Blak-blakan detikcom: Bandara Antariksa, Satelit, dan UFO lewat video berikut ini.

[Gambas:Video 20detik]




(rns/rns)