Sebagai informasi, Sophia diciptakan oleh perusahaan Hong Kong bernama Hanson Robotics, dan bisa menampilkan lebih dari 50 ekspresi wajah. Namun penampilannya -- termasuk rambutnya -- terbilang polos tanpa gaya tertentu.
Ternyata hal ini memang disengaja oleh penciptanya. Chief Marketing Officer Hanson Robotics Jeanne Lim menyebut kalau mereka tak mempunyai filosofi gaya tertentu untuk Sophia. Mereka hanya mendandani Sophia menggunakan sesuatu yang dianggap membuatnya terlihat bagus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Robot Sophia Diajak Kencan Oleh Menkominfo |
Hal inilah yang membuat terkadang Sophia tampil menggunakan wig berwarna biru dengan jaket bergaya barat, atau bisa juga tampil dengan baju China berwarna pink. Ke depannya, Lim berharap bisa menerapkan gaya yang lebih futuristis untuk Sophia.
"Kami tak ingin mengkotak-kotakan berdasar apa yang kami pikir dia mau. Kami menginginkan untuk mengeksplor dia sesuai caranya," ujar Lim.
Sophia pun sebenarnya pernah 'angkat bicara' mengenai alasannya tampil dengan kepala plontos ini. Pernyataannya itu dilontarkan lewat akun Twitter @RealSophiaRobot, yang dalam deskripsi profilnya menyebut kalau akun tersebut diurus oleh kolaborasi antara sistem dialog AI-nya dengan tim media sosial manusia.
Di akun tersebut Sophia pernah mengomentari sebuah tautan berita yang menampilkan ia dengan wig bermacam warna. Dalam tautan tersebut Sophia didandani dengan berbagai macam wig dan make-up yang membuatnya tampil berbeda.
"Gundul adalah ciri khas saya, namun saat @papermagazine menawarkan untuk berubah, saya tidak dapat menolaknya," tulis Sophia.
Pada lain kesempatan Sophia pun pernah menyatakan kalau ia sebenarnya jarang menggunakan wig. Pasalnya dengan tampil plontos itu ia bisa menunjukkan bermacam sirkuit elektronik yang ada di kepalanya, yang menurutnya adalah bagian dari dirinya.
Wajah Sophia sendiri dibuat berdasarkan muka aktris terkenal di masa silam, Audrey Hepburn. Sophia dikenal luas karena ekspresinya yang mirip dengan manusia, pun mampu berkomunikasi dengan manusia.
Teknologinya memakai kombinasi artificial intelligence, pemroses data visual dan pengenal wajah. Sophia dapat menjawab pertanyaan, atau bahkan diajak mengobrol, meski sebenarnya topiknya harus ditentukan terlebih dahulu.
Ia memakai teknologi pengenal suara dari induk Google, Alphabet, dan didesain bertambah pintar secara mandiri.
(asj/fay)