Hasilnya, diketahui bahwa para leluhur dari pembuat Stonehenge merupakan perantau yang datang ke Britania Raya pada 4.000 SM (Sebelum Masehi). Mereka berpetualang dari Anatolia (sekarang Turki) menuju Semenanjung Iberia, lalu pergi ke arah utara, tempat Britania Raya berada.
Penelitian ini sendiri telah diterbitkan di jurnal Nature Ecology & Evolution.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Teori Sensasional Piramida Dibangun Alien |
Migrasi itu disebut merupakan bagian dari ekspansi besar-besaran masyarakat Anatolia pada 6.000 SM. Perpindahan penduduk itu pun berkontribusi dalam pengenalan kegiatan pertanian di Eropa.
Sebelum itu, Benua Biru dihuni oleh kelompok-kelompok kecil yang nomaden. Mereka mengisi hidupnya dengan berburu binatang dan mengumpulkan tanaman liar serta hewan laut bercangkang.
Balik lagi soal ekspansi masyarakat Anatolia. Salah satu kelompok perantau perdana mengikuti sungai Danube ke Eropa Tengah. Sedangkan grup lain menjelajahi wilayah barat melewati Laut Mediterania.
Dari DNA yang diteliti, diketahui orang-orang dari zaman Neolitikum di Britania Raya kebanyakan 'lungsuran' dari grup yang mengambil rute Laut Mediterania. Mereka memilih untuk meninggalkan kelompok ketimbang harus terus berpindah dari satu pulau ke pulau lain.
Hal ini diketahui lantaran DNA mereka lebih memiliki hubungan yang dekat dengan orang-orang dari zaman Neolitikum dari Semenanjung Iberia. Daerah tersebut meliputi Spanyol, Portugal, Andorra, Gibraltar dan sedikit kawasan Perancis.
Diperkirakan, mereka masuk ke Britania Raya melalui Wales atau sebelah barat daya Inggris. Walau demikian, ada yang beranggapan bahwa masyarakat Anatolia itu juga masuk dari sebelah barat Inggris, sehingga masih diperlukan penyelidikan lebih lanjut.
Lahirnya Stonehenge
Tak cuma memperkenalkan pertanian. Masuknya warga Anatolia itu ke Britania Raya juga menyebarkan tradisi dalam membangun monumen menggunakan batuan besar yang dikenal sebagai megalit.
Kalian tentu sudah tahu kan arahnya ke mana? Ya, Stonehenge adalah bagian dari tradisi itu, sebagaimana detikINET kutip dari BBC, Selasa (16/4/2019).
Sekadar informasi, Anatolia menyimpan salah satu kuil tertua di dunia. Bernama Gobekli Tepe, bangunan yang terbuat dari megalit itu diperkirakan dibangun pada kisaran milenium ke 10 hingga milenium ke 8 sebelum masehi.
Disebutkan bahwa terdapat lebih dari 200 pilar di sana. Masing-masing pilar memiliki tinggi hingga 6 meter dan bobotnya dapat mencapai 10 ton.
Kuil tersebut tentu jauh lebih tua ketimbang Stonehenge yang diperkirakan dibangun pada 2.500 SM. Tiap batu di lingkaran utama monumen tersebut dapat memiliki tinggi 4 meter dan berat 25 ton.
Hal ini tentu semakin membantah seluruh teori konspirasi mengenai asal muasal monumen tersebut. Sebelumnya, memang banyak yang menganggap bahwa Stonehenge mustahil untuk diciptakan menggunakan teknologi manusia saat itu.
Terlebih, situs English Heritage sudah menjelaskan bagaimana Stonehenge dibuat. English Heritage sendiri merupakan badan amal yang mengurusi lebih dari 400 bangunan bersejarah.
(mon/krs)