Pemantauan ini tak terlepas dari prakiraan bahwa wahana antariksa tersebut akan jatuh di daerah antara 43 derajat lintang utara hingga 43 derajat lintang selatan, termasuk wilayah Indonesia masuk di dalamnya.
Dari data tersebut yang membuat LAPAN terus gencar memantau pergerakan jatuhnya Tiangong-1 sejak minggu-minggu kemarin. LAPAN memanfaatkan sistem pemantauan benda jatuh dari luar angkasa hasil buatannya, yaitu Track-It.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Waktu jatuhnya ini sudah semakin menyempit. Dari semula 1-3 April, kemudian jatuh sekitar 1-2 April, dan kini diprediksi Tiangong-1 menghantam Bumi esok hari, 2 April 2018.
LAPAN mengatakan turunnya ketinggian wahana antariksa itu terus bervariasi jelang-jelang kejatuhannya.
Bila sebelumnya melambat turun hanya tiga kilometer per harinya, Tiangong-1 kembali melesat deras jatuhnya sampai sembilan kilometer per harinya. Tetapi, saat ini juga, LAPAN mengatakan kalau Tiangong-1 kembali melambat turunnya jadi delapan kilometer perh harinya.
"Penurunan orbit sedikit melambat. Saat ini ketinggian sekitar 170 kilometer (turun delapan kilometer/hari)," kata Kepala LAPAN Thomas Djamaluddin melalui pesan singkatnya.
Perkiraan jatuh, saat memasuki ketinggian di atas 120 kilometer. Artinya, butuh 50 kilometer lagi penurunan Tiangong-1 sebelum diketahui dimana dan kapan stasiun antariksa tersebut berlabuh.
Saksikan video 20Detik untuk mengetahui perkembangan soal jatuhnya Tiangong-1 di sini:
[Gambas:Video 20detik] (agt/fyk)