Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network
detikInet
Mesin Pelontar Digadang Gantikan Roket di Masa Depan

Mesin Pelontar Digadang Gantikan Roket di Masa Depan


Muhamad Imron Rosyadi - detikInet

Peluncuran roket Falcon Heavy milik SpaceX. Foto: BBC Magazine
Jakarta - Startup ini ingin merevolusi industri penerbangan antariksa dengan menyingkirkan roket beserta bahan bakarnya yang memakan banyak biaya.

Sebuah startup bernama SpinLaunch yang didirikan pada 2014 lalu tengah berusaha untuk memberikan alternatif baru dalam mengirim objek ke luar angkasa, yaitu dengan melontarkannya langsung ke antariksa.

Untuk merealisasikan proyeknya tersebut, startup ini tengah membangun sebuah centrifuge yang bekerja dengan memutarkan objek pada titik tetap agar dapat menciptakan cukup momentum untuk melontarkan muatan langsung ke luar angkasa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Centrifuge tersebut diperkirakan dapat meluncurkan objek seperti satelit pada kecepatan sekitar 4.800 kilometer per jam, seperti detikINET lansir dari Futurism, Kamis (1/3/2018).



Untuk memberikan dorongan lebih, SpinLaunch kini juga tengah membahas perihal penggunaan mesin pendorong roket dalam membantu muatan untuk menembus atmosfer dan sampai ke antariksa.

Penambahan elemen itu pun diklaim tidak akan terlalu memengaruhi biaya operasional peluncuran, sehingga tetap terjaungkau bagi berbagai perusahaan yang ingin meluncurkan satelit maupun objek lain ke orbit.

Founder sekaligus CEO SpinLaunch, JonathanYaney, mengatakan bahwa startup besutannya ini menggunakan metode yang berbeda dari NASA, merujuk pada gagalnya usaha badan antariksa Amerika Serikat itu dalam mengembangkan sebuah sistem pelontar hemat biaya dikarenakan hal tersebut dianggap tidak memungkinkan.



"SpinLaunch menggunakan metode akselerasi rotasional serta memanfaatkan momentum anguler untuk meningkatkan kecepatan secara bertahap hingga pada tingkat hypersonic. Cara ini bisa menurunkan biaya produksi namun dapat tetap menghasilkan tenaga besar," ujarnya.

Meski demikian, sejumlah fisikawan mengatakan bahwa terdapat sejumlah tantangan yang akan dihadapi SpinLaunch untuk benar-benar bisa mengirim muatan ke luar angkasa.

Salah satu halangannya adalah hambatan dari udara pada kargo. Jika muatan tersebut hendak melintasi atmosfer Bumi tanpa momentum yang cukup, maka kerapatan udara akan menghambatnya untuk sampai ke antariksa.

SpinLaunch sendiri saat ini mematok harga untuk satu kali peluncuran pada angka USD 500 ribu, jauh lebih murah jika dibandingkan dengan Falcon 9 milik SpaceX.

Roket yang bisa digunakan kembali tersebut memiliki label harga senilai USD 62 juta untuk satu kali peluncuran.

Belum diketahui kapan SpinLaunch akan benar-benar melontarkan satelit maupun objek lain ke luar angkasa, dengan Yaney mengatakan bahwa startupnya tersebut terus mengembangkan teknologi sekaligus mengujinya untuk menghindari segala bentuk risiko yang dapat terjadi. (fyk/fyk)
TAGS







Hide Ads