Ukurannya memang besar, terlihat dari layarnya yang 5,7 inch. Tapi tidak lantas membuat M6S susah dipegang. Meizu berhasil membuatnya enak dalam genggaman, bahkan hanya dengan satu tangan.
Layar full screen membuat vendor smartphone harus putar otak meletakkan pemindai sidik jari, biasanya di casing belakang. Berbeda dengan M6S, sensor sidik jarinya ada di sisi kanan casing.
![]() |
Sidik jari di lokasi yang tidak biasa ini ternyata bukan gimmick. Karena membuatnya mudah dijangkau, terutama oleh jempol tangan kanan atau telunjuk jika pengguna kidal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Layar memanjang Meizu M6S resolusinya 1.440 x 720 pixel. Tidak terlalu istimewa, tapi wajar saja karena M6S ditujukan untuk segmen menengah ke bawah. Lagipula kualitasnya sudah memadai dan cukup jernih untuk melihat konten seperti foto dan video.
Di bagian bawah, ada tombol virtual home berupa lingkaran. Meizu membekalinya dengan fungsi berjuluk Super mBack. Intinya, tombol ini dapat dipakai bukan hanya untuk kembali ke homescreen. Bisa menjadi tombol back atau membuka deretan aplikasi.
![]() |
Setelah diaktifkan di menu setting, bermacam fungsi tersebut dapat dilakukan dengan mulus. Sehingga menjadi salah satu daya tarik dan pembeda Meizu M6S.
Kamera utamanya resolusi 16 megapixel dan kamera depan 8 megapixel. Ketika dicoba sekilas, hasilnya bisa dikatakan baik untuk ponsel sekelasnya. Foto yang dihasilkan memperlihatkan warna-warna cerah.
![]() |
![]() |
Menggunakan prosesor Samsung Exynos 7872 dipadukan RAM 3 GB, kesan pertama operasional Meizu M6S berjalan lancar tanpa kendala mengganggu. Walau tentu diperlukan pengujian lebih lanjut.
Secara keseluruhan, Meizu M6S terlihat menjanjikan. Desainnya masa kini, fitur dan speknya memadai, apalagi mengingat ponsel ini dijual tak terlampau mahal.
Di China, harganya 999 yuan untuk versi 32 GB atau di kisaran Rp 2 juta. Jika nanti saat masuk Indonesia harganya bisa kompetitif, Meizu M6S punya peluang baik di tengah ketatnya pasar ponsel Tanah Air. (fyk/fyk)