Meski begitu, pamor Nintendo perlahan mulai meredup, dari yang tadinya nomor wahid, bergeser menjadi nomor tiga, setelah Sony dan Microsoft. Karenanya, di tengah persaingan sengit antara PlayStation dan Xbox, Nintendo memilih untuk adem ayem.
Maksud adem-ayem di sini adalah produsen game raksasa asal Jepang ini sepertinya memilih untuk tidak ikut dalam perang yang tercipta antara Sony dengan Microsoft. Meski demikian, tidak bisa dibilang juga bahwa Nintendo menyerah dalam industri ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ide ini sejatinya sudah diterapkan sejak era Wii, Wii U, di mana permainan yang dihadirkan memang berbeda dari dua perangkat konsol populer. Dan kini Nintendo kembali mencoba untuk menghadirkan sesuatu yang berbeda namun asyik dimainkan, yakni Switch.
![]() |
Setelah melalui proses pre-order yang cukup lama, akhirnya konsol ini tiba di tangan detikINET. Lalu bagaimana kesan-kesan memainkan Switch? Berikut hands-on dari detikINET!
Desain Simple
Dari sisi desain, Switch terlihat seperti tablet pada umumnya, walaupun bila melihat dari ukuran layar Switch sejatinya tidak bisa disebut sebagai tablet. Dengan layar sentuh kapasitif berukuran 6,2 inch (720p), Switch lebih pantas disebut sebagai phablet (phone-tablet) yang sempat tren beberapa tahun lalu.
Bila dibandingkan, memang ukurannya mirip dengan Sony Xperia Z3 Ultra, hanya saja lebih kecil sedikit 0,2 inch. Sementara layarnya berukuran 6,2 inch, diameter keseluruhan Switch mencapai 9,41 inch dengan lebar mencapai 4,02 inch dan ketebalan 0,55 inch.
![]() |
Bicara bobot, Switch memiliki bobot sekitar 297 gram. Dari pengalaman detikINET ketika menggenggam, Switch memiliki bobot yang ringan, baik ketika kedua Joy-Con dilepas atau dipasangkan di kedua sisi. Meski ringan, menggenggam Switch terasa solid.
Di sisi kanan dan kiri Switch terdapat slot untuk memasang kontroler Joy-Con. Memasangnya pun cukup mudah, yakni memasukkan dari atas hingga terdengar bunyi klik. Begitupula dengan melepas, di mana Anda cukup menekan tombol kecil di bagian belakang kontroler.
![]() |
Beranjak ke sisi belakang, Anda akan menemukan logo Nintendo Switch yang besar. Adapula kickstand yang berfungsi sebagai penopang ketika menjadi mode tablet dan lubang speaker yang cukup besar, terbagi antara kiri dan kanan. Sementara slot microSD bisa Anda temukan di bawah kickstand. Terakhir di sisi bawah, Anda akan menemukan lubang port USB Type-C
Tiga Cara Asyik Memainkan Switch
Di awal pengumumannya, Switch disebut-sebut sebagai konsol hybrid. Ini artinya Switch bisa dimainkan dengan tiga mode, yakni konsol, handheld, dan tabletop. Inilah yang kemudian membedakan Switch dengan dua konsol next-gen yang bertarung saat ini.
Mode pertama yang akan kami bahas adalah mode handheld. Untuk menjadikan Switch mode handhled, Anda cukup memasang kontroler Joy-Con di sisi kanan dan kiri. Mode ini membuat Switch tampak seperti perangkat handheld pada umumnya, seperti PS Vita dan Nintendo 3DS. Namun, harus diakui bahwa ukuran Switch lebih bongsor ketimbang dua perangkat handheld yang disebutkan di atas.
Kontroler Joy-Con sendiri terdiri dari sembilan tombol di masing-masing sisi. Bila PlayStation terkenal dengan tombol X, segitiga, lingkaran, dan kotak, maka Nintendo terkenal dengan tombol A, B, X, dan Y di sisi kanan. Adapula tombol berbentuk plus yang dipakai sebagai tombol 'start', tombol analog, dua tombol di atas, dan tak ketinggalan tombol Home.
![]() |
Mode handheld biasanya dipakai ketika seseorang beranjak dari rumah. Ketika sedang berada di dalam kendaraan atau sedang asyik bermain sendiri.
Selain mode handheld, mode portable lainnya yang bisa dipakai ketika Anda bepergian adalah mode tabletop. Nintendo menyediakan kickstand untuk menopang Switch yang terletak di bagian belakang. Berbeda dengan mode handheld, untuk memainkan mode ini Anda harus melepas dua Joy-Con yang menempel di kiri dan kanan perangkat.
Ketika terlepas, Joy-Con bisa dimainkan dengan menggenggam bak remote atau memasang dengan grip Joy-Con yang hadir di dalam paket pembelian. Sebagai contoh ketika memainkan game 1-2 Switch, Joy-Con bisa dipakai secara terpisah dan memainkannya bersama dengan teman.
Namun, apabila bermain The Legend of Zelda: Breath of the Wild, Anda bisa memanfaatkan grip atau bila Anda ingin keluar modal, bisa membeli Pro Controller yang dijual seharga Rp 800 ribuan. Sebab, bila bermain tanpa menggunakan grip, Joy-Con akan terasa aneh di tangan, plus menyulitkan.
![]() |
Mode terakhir adalah mode konsol. Nintendo menyematkan docking sebagai perantara Switch ke televisi. Tak cuma menampilkan gambar di layar televisi, docking Switch juga bisa meningkatkan resolusi gambar. Sebagai perbandingan, bila di layar Switch memiliki resolusi 720p, maka ketika di televisi meningkat menjadi 900p.
![]() |
![]() |
Opini detikINET
Secara keseluruhan Switch menawarkan pengalaman yang berbeda dari perangkat gaming konsol yang ada. Dari sisi desain, Switch seperti perangkat tablet Android yang beredar saat ini. Itu bila tidak dipasangkan kontroler Joy-Con.
Tapi, bila sudah dipasang Joy-Con, maka Switch berubah menjadi perangkat handheld yang menawan dengan desain yang simple. Sayang, unit yang kami punya berbalut warna hitam dan abu-abu. Padahal, ada satu lagi pilihan warna yang sangat menarik, yakni biru dan merah neon.
Sementara itu untuk urusan grafis, game Switch tidak bisa dibilang wah. Seperti yang kami sebut, pengalaman grafis yang ada seperti yang ditawarkan di konsol era last-gen. Meski begitu, bukan grafis yang diperkarakan oleh Nintendo di Switch.
Melainkan sebuah pengalaman yang berbeda dari konsol next-gen. Pengalaman mobilisasi, bagi mereka yang gemar bepergian entah ke luar kota atau luar negeri.
Dengan bobot 297 gram, menggenggam Switch terasa sangat solid. Walau sedikit berat, namun Anda bisa mengakalinya dengan menggunakan mode tabletop. Sepertinya Nintendo tidak ingin membuat sulit pengalaman bermain secara mobile.
![]() |
Kontroler Joy-Con sendiri bisa dimainkan secara terpisah dari perangkat. Namun sayangnya, kontroler tidak dilengkapi dengan sebuah aksesoris yang bisa berfungsi sebagai alat untuk mengisi baterai dari Jpoy-Con. Bahkan grip Joy-Con yang menjadi aksesoris bawaan tidak dik dilengkapi dengan fitur pengisi daya.
Karenanya, apabila baterai sudah habis, maka Anda harus mengisinya dengan cara dislot pada Switch. Hal ini juga berarti Anda tidak dapat memainkan Switch ketika dalam mode docking atau tabletop.
Secara harga, banderolan Switch di Indonesia terbilang sangat mahal. Mungkin Anda yang ingin membelinya bisa mencari opsi lain, dengan membelinya di luar negeri. Harga game yang disodorkan pun terbilang mahal dan belum ada game pamungkas yang dihadirkan.
(mag/yud)