LG G Flex, Ponsel Lengkung yang 'Ajaib'
Hide Ads

Review Produk

LG G Flex, Ponsel Lengkung yang 'Ajaib'

- detikInet
Kamis, 27 Feb 2014 14:55 WIB
LG G Flex, Ponsel Lengkung yang Ajaib
Jakarta - Dengan bodinya yang melengkung, LG G Flex memang termasuk ponsel yang inovatif. Tapi bukan cuma itu keunggulannya, produk ini juga punya beberapa fitur 'ajaib'.

Ya, LG G Flex memang punya sejumlah fitur yang tidak umum. Mulai dari bodi lengkung yang bisa diluruskan, hingga fitur penyembuhan diri seperti Wolverine pada film X-men.

Spesifikasi produk ini juga terbilang baik dengan fitur-fitur pendukung yang tak kalah canggih. Mau tau apa saja yang ditawarkan LG G Flex? Simak review detikINET berikut ini.


Inovasi Bodi Melengkung

LG memang bisa dibilang salah satu produsen yang suka memproduksi smartphone dengan desain tidak umum. Setelah flagship sebelumnya, G2, dibekali dengan tombol fisik di bodi bagian belakang, kini mucul G FlexΒ  dengan bodinya yang melengkung.

Berbeda dengan Samsung Galaxy Round yang punya lengkungan bersumbu vertikal, G Flex hadir dengan sumbu horinzontal sehingga lengkungannya mirip pisang.

Selain melengkung, ukuran bodi bongsor juga menjadi poin lain yang mencuri perhatian. Layar ukuran 6 inch memang sangat besar untuk ukuran smartphone sehingga G Flex sudah bisa dimasukkan dalam kategori phablet.

Walaupun besar dan melengkung, G Flex masih cukup nyaman untuk dimasukan ke dalam saku celana yang tidak ketat. Bodinya yang tipis juga membuat G Flex cukup enak digenggam dengan satu tangan.

Adanya fitur One Handed Operation untuk dapat menggeser letak keyboard dan juga tombol navigasi juga semakin mempermudah pengoperasiannya.

Sesuai namanya,G Flex, bodi smartphone ini memang fleksibel. Memang tidak sampai bisa dilipat atau ditekuk, tapi bodinya bisa menjadi lurus jika ditekan. Menariknya lagi, setelah ditekan bentuknya akan kembali melengkung seperti semula.

Kemampuan untuk kembali melengkung tersebut tentunya menjawab keraguan banyak pihak yang sempat meragukan build quality dari G Flex.

Soal material, LG masih percaya dengan material yang sama seperti pada G2. Finishing glossy pada plastik berwarna abu-abu menjadi pilihan untuk membalut bodi dari G Flex.

Kontruksi unibodi juga masih tetap dipertahankan sehingga baterai tidak bisa diganti dan tidak memungkinkan untuk menambah kapasitas memori internal 32 GB.



Cover belakang G Flex memiliki fitur Self Healing yang cukup menarik perhatian. Fitur ini memungkinkan cover belakang G Flex untuk 'sembuh' jika tergores. Tidak sembuh sepenuhnya memang, tapi akan membuat bekas goresan menjadi lebih tipis.

Walau demikian, fitur ini hanya bekerja untuk goresan yang bersifat minor. Jika mendapat goresan yang dalam, 'luka' tersebut akan tetap membekas.

Selebihnya tidak ada yang spesial dari G Flex. Tombol volume up/down dan power masih ditempatkan di belakang, bersama dengan kamera 13 MP plus LED flash serta speaker. Port micro USB dan 3.5mm headphone jack terdapat di sisi bawah.

Inovasi Bodi Melengkung

LG memang bisa dibilang salah satu produsen yang suka memproduksi smartphone dengan desain tidak umum. Setelah flagship sebelumnya, G2, dibekali dengan tombol fisik di bodi bagian belakang, kini mucul G FlexΒ  dengan bodinya yang melengkung.

Berbeda dengan Samsung Galaxy Round yang punya lengkungan bersumbu vertikal, G Flex hadir dengan sumbu horinzontal sehingga lengkungannya mirip pisang.

Selain melengkung, ukuran bodi bongsor juga menjadi poin lain yang mencuri perhatian. Layar ukuran 6 inch memang sangat besar untuk ukuran smartphone sehingga G Flex sudah bisa dimasukkan dalam kategori phablet.

Walaupun besar dan melengkung, G Flex masih cukup nyaman untuk dimasukan ke dalam saku celana yang tidak ketat. Bodinya yang tipis juga membuat G Flex cukup enak digenggam dengan satu tangan.

Adanya fitur One Handed Operation untuk dapat menggeser letak keyboard dan juga tombol navigasi juga semakin mempermudah pengoperasiannya.

Sesuai namanya,G Flex, bodi smartphone ini memang fleksibel. Memang tidak sampai bisa dilipat atau ditekuk, tapi bodinya bisa menjadi lurus jika ditekan. Menariknya lagi, setelah ditekan bentuknya akan kembali melengkung seperti semula.

Kemampuan untuk kembali melengkung tersebut tentunya menjawab keraguan banyak pihak yang sempat meragukan build quality dari G Flex.

Soal material, LG masih percaya dengan material yang sama seperti pada G2. Finishing glossy pada plastik berwarna abu-abu menjadi pilihan untuk membalut bodi dari G Flex.

Kontruksi unibodi juga masih tetap dipertahankan sehingga baterai tidak bisa diganti dan tidak memungkinkan untuk menambah kapasitas memori internal 32 GB.



Cover belakang G Flex memiliki fitur Self Healing yang cukup menarik perhatian. Fitur ini memungkinkan cover belakang G Flex untuk 'sembuh' jika tergores. Tidak sembuh sepenuhnya memang, tapi akan membuat bekas goresan menjadi lebih tipis.

Walau demikian, fitur ini hanya bekerja untuk goresan yang bersifat minor. Jika mendapat goresan yang dalam, 'luka' tersebut akan tetap membekas.

Selebihnya tidak ada yang spesial dari G Flex. Tombol volume up/down dan power masih ditempatkan di belakang, bersama dengan kamera 13 MP plus LED flash serta speaker. Port micro USB dan 3.5mm headphone jack terdapat di sisi bawah.

Display

Selain melengkung pada bodi, layar pada G Flex juga melengkung dan fleksibel. Hadir dengan panel Polymer OLED berukuran 6 inch, smartphone ini memang ditujukan untuk menikmati konten multimedia.

Tingkat kontras tinggi, dan saturasi layar yang pas membuat layar dari G Flex enak dilihat dalam waktu yang panjang. Kualitas viewing angle dan juga visibilitas saat digunakan di luar ruangan juga tak perlu dipertanyakan lagi karena sangat baik.

Sayangnya, resolusi yang diusung layar dari G Flex hanya 1280 X 720 atau belum tergolong full HD. Dengan ukuran yang besar dan resolusi kecil, tingkat kepadatan pixel pun hanya 245 ppi. Teks dan icon di layar terlihat tidak setajam dan sehalus jika melihat display full HD 1920 x 1080.

Perbedaan resolusi tadi memang tidak mengganggu atau mengurangi pengalaman yang ditawarkan, tapi jika mata penggunaannya sudah terbiasa dengan layar resolusi full HD, maka jelas ada yang kurang dari layar smartphone ini.

Display

Selain melengkung pada bodi, layar pada G Flex juga melengkung dan fleksibel. Hadir dengan panel Polymer OLED berukuran 6 inch, smartphone ini memang ditujukan untuk menikmati konten multimedia.

Tingkat kontras tinggi, dan saturasi layar yang pas membuat layar dari G Flex enak dilihat dalam waktu yang panjang. Kualitas viewing angle dan juga visibilitas saat digunakan di luar ruangan juga tak perlu dipertanyakan lagi karena sangat baik.

Sayangnya, resolusi yang diusung layar dari G Flex hanya 1280 X 720 atau belum tergolong full HD. Dengan ukuran yang besar dan resolusi kecil, tingkat kepadatan pixel pun hanya 245 ppi. Teks dan icon di layar terlihat tidak setajam dan sehalus jika melihat display full HD 1920 x 1080.

Perbedaan resolusi tadi memang tidak mengganggu atau mengurangi pengalaman yang ditawarkan, tapi jika mata penggunaannya sudah terbiasa dengan layar resolusi full HD, maka jelas ada yang kurang dari layar smartphone ini.

Performa Buas, Baterai Awet, Sayang Belum KitKat

Saat para pencinta Android menanti-nanti ponsel dengan sistem operasi KitKat, LG masih menggunakan Jelly Bean 4.2.2 untuk G Flex. Memang bukan tidak mungkin kelak akan ada update untuk menggunakan OS terbaru, tapi jelas butuh waktu.

Dengan disematkannya chipset Snadragon 800 quad-core 2.27 GHz dan RAM 2 GB, performa dari G Flex sudah tentu sangat kencang. Tidak ada aktivitas yang tidak berjalan mulus saat dijalankan.

Gaming, browsing, nonton video HD, dan serangkaian tugas multitasking lainnya dapat dilahap dengan mudah.

G Flex mendapat keuntungan dari bodi yang bongsor dengan adanya baterai berkapasitas ekstra. Daya 3.500 mAh mampu menyokong G Flex untuk aktif seharian dengan penggunaan yang intensif seperti pada ilustrasi penggunaan berikut:

Setiap harinya G Flex full charge 100 persen pada pukul 7 pagi. Selanjutnya dibawa ke kantor untuk penggunaan seperti telepon, sosial media dan online chat.



Saat istirahat siang aktivitas menonton video di YouTube dan bermain game menjadi pilihan untuk mengisi waktu selama 15-20 menit.

Setelahnya penggunaan sama seperti pola yang pertama dan saat pulang ke rumah kapasitas baterai masih tersisa sekitar 15-20%.

Performa Buas, Baterai Awet, Sayang Belum KitKat

Saat para pencinta Android menanti-nanti ponsel dengan sistem operasi KitKat, LG masih menggunakan Jelly Bean 4.2.2 untuk G Flex. Memang bukan tidak mungkin kelak akan ada update untuk menggunakan OS terbaru, tapi jelas butuh waktu.

Dengan disematkannya chipset Snadragon 800 quad-core 2.27 GHz dan RAM 2 GB, performa dari G Flex sudah tentu sangat kencang. Tidak ada aktivitas yang tidak berjalan mulus saat dijalankan.

Gaming, browsing, nonton video HD, dan serangkaian tugas multitasking lainnya dapat dilahap dengan mudah.

G Flex mendapat keuntungan dari bodi yang bongsor dengan adanya baterai berkapasitas ekstra. Daya 3.500 mAh mampu menyokong G Flex untuk aktif seharian dengan penggunaan yang intensif seperti pada ilustrasi penggunaan berikut:

Setiap harinya G Flex full charge 100 persen pada pukul 7 pagi. Selanjutnya dibawa ke kantor untuk penggunaan seperti telepon, sosial media dan online chat.



Saat istirahat siang aktivitas menonton video di YouTube dan bermain game menjadi pilihan untuk mengisi waktu selama 15-20 menit.

Setelahnya penggunaan sama seperti pola yang pertama dan saat pulang ke rumah kapasitas baterai masih tersisa sekitar 15-20%.

Kamera Perekam 4K

Kamera pada G Flex mengusung resolusi 13 MP belakang dan 2.1 MP di depan. Kualitas foto yang dihasilkan sama bagusnya dengan G2, baik dari tingkat detail maupun keakuratan warna.

Satu hal yang disayangkan adalah absennya fitur OIS(Optical Image Stablization) sehingga cukup berpengaruh pada hasil foto khususnya dalam kondisi low light.

Modus pengambilan gmabar tidak ada yang berubah secara radikal jika dibandingkan dengan G2. Pilihan seperti mode HDR, panorama, burst shot, hingga dual camera masih dapat ditemukan pada G Flex.

Pilihan pengaturan pun tidak berubah sama sekali. Bightness, ISO, white balance, serta focus masih bisa diatur secara manual.

Meskipun secara keseluruhan sama dengan G2, G Flex ternyata menyelipkan fitur untuk pengguna yang suka berfoto selfie.

Dengan mengatur mode fokus menjadi face detection, pengguna cukup mengarahkan kamera belakang ke wajah, lalu tunggu lampu LED yang ada pada tombol power berubah menjadi warna hijau, dan click! Foto selfie dengan resolusi 13 MP pun tersimpan di gallery.

Memang tidak sepraktis Oppo N1 yang punya kamera berputar, tapi paling tidak LG menyediakan fitur yang berguna dan sesuai dengan tren selfie saat ini.

Perekaman video pada G Flex bisa dikatakan spesial. Adanya kemampuan untuk merekam video resolusi 4K UHD (3840x2160) adalah fitur yang bisa menjadi nilai lebih.

Sayangnya dengan resolusi layar yang bahkan tidak sampai 1080p, hasil video yang direkam dalam format 4K UHD tadi tidak akan bisa dinikmati secara maksimal.

Selebihnya, kemampuan rekam video 1080p 60 fps dan 30 fps masih tetap ada yang menghasilkan kualitas yang baik.

Berikut adalah hasil foto LG G Flex dalam berbagai kondisi.

Kamera Perekam 4K

Kamera pada G Flex mengusung resolusi 13 MP belakang dan 2.1 MP di depan. Kualitas foto yang dihasilkan sama bagusnya dengan G2, baik dari tingkat detail maupun keakuratan warna.

Satu hal yang disayangkan adalah absennya fitur OIS(Optical Image Stablization) sehingga cukup berpengaruh pada hasil foto khususnya dalam kondisi low light.

Modus pengambilan gmabar tidak ada yang berubah secara radikal jika dibandingkan dengan G2. Pilihan seperti mode HDR, panorama, burst shot, hingga dual camera masih dapat ditemukan pada G Flex.

Pilihan pengaturan pun tidak berubah sama sekali. Bightness, ISO, white balance, serta focus masih bisa diatur secara manual.

Meskipun secara keseluruhan sama dengan G2, G Flex ternyata menyelipkan fitur untuk pengguna yang suka berfoto selfie.

Dengan mengatur mode fokus menjadi face detection, pengguna cukup mengarahkan kamera belakang ke wajah, lalu tunggu lampu LED yang ada pada tombol power berubah menjadi warna hijau, dan click! Foto selfie dengan resolusi 13 MP pun tersimpan di gallery.

Memang tidak sepraktis Oppo N1 yang punya kamera berputar, tapi paling tidak LG menyediakan fitur yang berguna dan sesuai dengan tren selfie saat ini.

Perekaman video pada G Flex bisa dikatakan spesial. Adanya kemampuan untuk merekam video resolusi 4K UHD (3840x2160) adalah fitur yang bisa menjadi nilai lebih.

Sayangnya dengan resolusi layar yang bahkan tidak sampai 1080p, hasil video yang direkam dalam format 4K UHD tadi tidak akan bisa dinikmati secara maksimal.

Selebihnya, kemampuan rekam video 1080p 60 fps dan 30 fps masih tetap ada yang menghasilkan kualitas yang baik.

Berikut adalah hasil foto LG G Flex dalam berbagai kondisi.

User Interface dan Multitasking

Tampilan antar muka dari G Flex tidak banyak berubah kecuali ada tambahan themes 'Flex' yang bisa dipilih dari setting.

Notification bar yang ramai dan cenderung berantakan masih dipertahankan oleh LG. Bukan suatu yang besar memang karena jika tidak suka dengan UI yang ada, PlayStore menyediakan banyak pilihan launcher yang bisa diunduh.

Kemampuan multitasking tetap menjadi perhatian LG dalam G Flex. Fitur untuk membuka jendela tersendiri di atas sebuah aplikasi, serta slide a side untuk menyimpan aplikasi berjalan masih tetap ada seperti pada G2.

Bedanya pada G Flex, LG menyelipkan fitur multi window yang sebelumnya banyak ditemukan pada perangkat buatan Samsung. Dengan menahan tombol home, pilihan untuk membuka dua aplikasi secara bersamaan dalam satu layar akan muncul.

Hanya saja pada G Flex, ketika pengguna sedang menggunakan dual window, fitur Q Slide tetap dapat digunakan untuk membuka dua aplikasi tambahan. Ini artinya akan ada empat aplikasi yang berjalan dalam satu layar sekaligus. Wow!

User Interface dan Multitasking

Tampilan antar muka dari G Flex tidak banyak berubah kecuali ada tambahan themes 'Flex' yang bisa dipilih dari setting.

Notification bar yang ramai dan cenderung berantakan masih dipertahankan oleh LG. Bukan suatu yang besar memang karena jika tidak suka dengan UI yang ada, PlayStore menyediakan banyak pilihan launcher yang bisa diunduh.

Kemampuan multitasking tetap menjadi perhatian LG dalam G Flex. Fitur untuk membuka jendela tersendiri di atas sebuah aplikasi, serta slide a side untuk menyimpan aplikasi berjalan masih tetap ada seperti pada G2.

Bedanya pada G Flex, LG menyelipkan fitur multi window yang sebelumnya banyak ditemukan pada perangkat buatan Samsung. Dengan menahan tombol home, pilihan untuk membuka dua aplikasi secara bersamaan dalam satu layar akan muncul.

Hanya saja pada G Flex, ketika pengguna sedang menggunakan dual window, fitur Q Slide tetap dapat digunakan untuk membuka dua aplikasi tambahan. Ini artinya akan ada empat aplikasi yang berjalan dalam satu layar sekaligus. Wow!

Opini detikINET

Overall, LG coba menawarkan sesuatu yang berbeda dalam menggunakan smartphone lewat G Flex dengan desain melengkungnya.

Meski tidak ada fitur khusus yang didedikasikan untuk benar-benar memaksimalkan lengkungan yang ada, tapi paling tidak G Flex bisa menjadi tirai pembuka untuk inovasi smartphone melengkung dan fleksibel di masa yang akan datang.

Secara performa, G Flex tidak perlu dipertanyakan. Jeroan yang mumpuni mampu menopang kinerjanya untuk tampil maksimal. Kemampuan multitasking dengan adanya fitur Dual Windows plus Q Slide menjadi poin lebih lain yang dipunyai G Flex.

Sayangnya kehebatan hardware tadi terasa kurang karena OS yang digunakan masih Jelly Bean versi 4.2.2.

Resolusi rendah di layar yang terbilang luas juga membuat perangkat ini terlihat inferior dibanding smartphone andalan kompetitor yang rata-rata mengusung resolusi full HD 1080p.



Dengan kekurangannya tadi, banderol harga yang terbilang tinggi, yaitu Rp 9.999.999, tentu membuat label overprice akan muncul di benak sebagian orang.

Tidak salah memang karena cukup banyak varian smartphone lain dengan harga lebih murah yang menawarkan hardware serupa dengan kualitas layar dan OS yang lebih anyar.

Jadi apakah G Flex layak untuk dimiliki? Jawabannya bisa ya, bisa juga tidak. The choice is yours.

Opini detikINET

Overall, LG coba menawarkan sesuatu yang berbeda dalam menggunakan smartphone lewat G Flex dengan desain melengkungnya.

Meski tidak ada fitur khusus yang didedikasikan untuk benar-benar memaksimalkan lengkungan yang ada, tapi paling tidak G Flex bisa menjadi tirai pembuka untuk inovasi smartphone melengkung dan fleksibel di masa yang akan datang.

Secara performa, G Flex tidak perlu dipertanyakan. Jeroan yang mumpuni mampu menopang kinerjanya untuk tampil maksimal. Kemampuan multitasking dengan adanya fitur Dual Windows plus Q Slide menjadi poin lebih lain yang dipunyai G Flex.

Sayangnya kehebatan hardware tadi terasa kurang karena OS yang digunakan masih Jelly Bean versi 4.2.2.

Resolusi rendah di layar yang terbilang luas juga membuat perangkat ini terlihat inferior dibanding smartphone andalan kompetitor yang rata-rata mengusung resolusi full HD 1080p.



Dengan kekurangannya tadi, banderol harga yang terbilang tinggi, yaitu Rp 9.999.999, tentu membuat label overprice akan muncul di benak sebagian orang.

Tidak salah memang karena cukup banyak varian smartphone lain dengan harga lebih murah yang menawarkan hardware serupa dengan kualitas layar dan OS yang lebih anyar.

Jadi apakah G Flex layak untuk dimiliki? Jawabannya bisa ya, bisa juga tidak. The choice is yours.

Halaman 14 dari 14
(eno/ash)