Baru-baru ini layanan konferensi video Zoom mengumumkan akan menyediakan enkripsi end-to-end khusus untuk pelanggan berbayar. CEO Zoom, Eric Yuan membeberkan alasan di balik kebijakan ini.
Dalam panggilan konferensi dengan analis, Yuan mengatakan kebijakan ini didasari keinginan Zoom untuk bekerjasama dengan penegak hukum.
"Kami ingin memberikan (enkripsi end-to-end) kepada setidaknya pengguna perusahaan atau pengguna bisnis. Pengguna gratis, tentu saja, tidak akan kami berikan," kata Yuan seperti dikutip detikINET dari CNBC, Kamis (4/6/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena kami juga ingin kerja bersama, misalnya, dengan FBI, dengan penegak hukum lokal jika ada beberapa orang yang menggunakan Zoom untuk tujuan jahat kan?" sambungnya.
Keputusan Zoom ini langsung berbuah kritik dari pengguna dan ahli keamanan yang memprotes kebijakan ini lewat Twitter.
"Ingat kecuali kalian mau membayar Zoom, mereka dengan senang hati akan menyerahkan panggilan kalian ke polisi. Tidak peduli sebagus apa enkripsinya jika tidak bisa diaktifkan. Enkripsi e2e untuk SEMUA pengguna," tulis @0xCharlie lewat Twitter.
Melihat kontroversi yang makin mencuat konsultan keamanan Zoom, Alex Stamos kemudian membela kebijakan perusahaannya. Menurutnya Zoom kesulitan menyeimbangkan cara untuk meningkatkan privasi sekaligus mengurangi penyalahgunaan produknya.
Ia mengacu pada beberapa tindakan ilegal yang menghantui Zoom dalam beberapa waktu terakhir seperti ujaran kebencian dan kegiatan yang mencelakakan anak-anak.
Mereka yang terlibat dalam aktivitas ini disebut menggunakan akun gratis sehingga enkripsi dengan level lebih rendah bisa membantu Zoom, dengan bantuan dari penegak hukum, untuk menindak pelaku.
"Akankah ini menghilangkan semua penyalahgunaan? Tidak, tapi karena sebagian besar pelanggaran berasal dari pengguna layanan mandiri dengan identitas palsu ini akan menciptakan gesekan dan mengurangi bahaya," tambah Stamos.
(vmp/fyk)