Induk usaha XL Axiata disebut-sebut tengah melakukan pembicaraan untuk mencaplok salah satu operator seluler di Tanah Air. Lantas bagaimana operator yang identik berwarna biru itu menanggapi kabar tersebut?
Dihubungi detikINET, Group Head Corporate Communication XL Axiata Tri Wahyuningsih mempersilahkan untuk menghubungi langsung ke Axiata. Pasalnya ini bukalah ranah mereka untuk memberikan tanggapan.
"Terkait dengan isu Axiata, sebaiknya ditanyakan ke Axiata langsung saja. Karena kami tidak dapat memberikan tanggapan atau komentar lebih lanjut karena ini bukan ranah kami di XL Axiata untuk memberikan tanggapan terkait isu yang spekulatif seperti ini," ujar perempuan yang kerap disapa Ayu itu
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya diberitakan dalam wawacara eksklusif dengan Reuters, CEO Axiata Jamaludin Ibrahim mengungkap tengah melakukan pembicaraan untuk membeli salah satu operator seluler pesaing yang lebih kecil. Upaya tersebut untuk efisiensi sekaligus mengurangi persaingan pasar.
Hanya saja tidak disebutkan operator mana yang akan dipinang. Kemungkinan satu di antara tiga operator yang posisinya setara atau di bawah XL Axiata, yakni Indosat Ooredoo, Smartfren dan Tri Indonesia.
"Kecuali pemain terbesar, saya dapat memberitahukan saat ini kami sedang berbicara dengan semua orang untuk semacam pengaturan," terang Jamaludin.
"Saya tidak bisa membayangkan membeli dua (operator) dan toh Anda tidak perlu melakukannya," tambahnya.
Jamaludin mengatakan Axiata Group punya kapitalisasi pasar sekitar USD 8 miliar. Saat ini pihaknya telah melakukan uji tuntas tahun lalu, dan informasi dari itu dapat berguna jika kesepakatan akan terwujud tahun ini.
Jamaludin, yang pensiun akhir tahun ini, mengatakan Axiata juga sedang mencari kesepakatan di Malaysia dan Sri Lanka. Perusahaan ini juga beroperasi di Bangladesh, Kamboja, Nepal, Pakistan, Myanmar, Thailand, Laos, dan Filipina.
"Saya berharap sebelum pensiun, setidaknya satu negara terjadi. Entah Malaysia, Indonesia atau Sri Lanka,"katanya.
"COVID-19 menjadikannya suatu keharusan untuk berkonsolidasi, bahkan lebih dari sebelumnya, dan karenanya untuk berdiskusi dengan semua pihak menjadi sangat penting."pungkas Jamaludin.
(afr/afr)